Wakil Ketua KPAI: Cuti Ayah Berpengaruh Akan Tumbuh Kembang Anak

Jasra Putra
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dr. Jasra Putra. (Foto: Dok. Pribadi)

DEPOKNETWORK.COM – Peran orangtua dalam tumbuh kembang anak sangatlah penting. National Center for Fathering di Amerika Serikat mencatat risiko kurangnya peran ayah dapat menyebabkan banyak faktor tak baik dalam perkembangan anak. Sebut saja kemiskinan naik 4 kali lipat, kematian bayi naik 2 kali lipat, kehamilan di luar nikah naik 7 kali lipat, korban pemerkosaan dan pelecehan seksual naik 9 kali lipat, obesitas naik 2 kali lipat.

Tak hanya itu, ketidakhadiran ayah dalam keluarga diperkirakan menyebabkan angka putus sekolah naik 9 kali lipat, konsumsi alcohol dan obat terlarang naik 10 kali lipat, bunuh diri naik 2 kali lipat, perilaku agresif dan kekerasan naik 11 kali lipat dan dipenjara karena berbuat criminal naik 20 kali lipat.

Lalu bagaimana fenomena di Indonesia, catatan KPAI pada Desk Kelompok Kerja Pengaduan memang pengaduan untuk kluster keluarga dan pengasuhan alternatif selalu masuk menjadi angka tertinggi, yang menandakan kekerasan di ranah privat selalu menghadapi hambatan untuk di cegah.

Jumlah angka perceraian termasuk tinggi di Indonesia dan laju angka kelahiran anak 5 juta per tahun. Artinya ini perlu penyangga, memastikan anak anak tetap dengan orang tua.

“Bahwa angka perceraian yang di sumbang, karena masalah kemiskinan, disfungsi keluarga dan ketidaktahuan mengurus anak, kita berharap dapat dikurangi dengan cuti ayah,” ujar Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra dalam keterangan yang diterima, Rabu (17/04/2024).

Jadi pentingnya intervensi Negara untuk ikut masuk. Sehingga KPAI sangat mengapresiasi bila Negara melakukan intervensi langsung dengan cuti ayah.

Jasra melihat dengan cuti ayah, negara terus bergerak ke arah penyelenggaraan sistem perlindungan anak nasional, dimana intervensi primer lebih di kedepankan, yaitu memperluas dan memperbaharui layanan pencegahan secara umum, sehingga kita berharap ada perubahan perilaku social kedepan, dengan penguatan peran ayah di keluarga.

“Salah satu konsen penting dunia, termasuk Indonesia, tentang pencapaian target stunting dan wasting dari Presiden ke Presiden lainnya yang masih terus menjadi target program pembangunan dalam RPJMN tiap 5 tahunan. WHO menegaskan Indonesia belum mencapai target dalam mengatasi masalah ini,” ungkap Jasra.

Karena diyakini negara yang tidak konsen terhadap program ini, Jasra bilang generasinya akan terancam di masa produktif.

Cuti ayah ini, kata Jasra dapat mengkonsentrasikan pasangan dalam mengawasi kondisi bayi, terutama saat perencanan, jelang dinyatakan hamil, mulai mengkapasitasi diri pada bayi berumur 0 bulan, yang sebenarnya diharapkan ada program sampai 2 tahun atau 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Yang di sebut periode emas tumbuh kembang anak.

Bahwa perubahan yang terjadi pada bumil, mendatangkan ketidaknyamanan yang luar biasa. Sehingga cuti ayah dapat mengurangi dampak mental, emosi, tekanan psikologis, dampak kesendirian bumil membesarkan anaknya dalam kandungan.

“Dengan cuti ayah kita berharap ada peran kuat, kohesi, bounding yang dilakukan ayah, dengan ikut mengendong, memandikan, mengganti popok bayi, bangun malam dalam ikut mendukung tumbuh kembang,” tutup Jasra.