SYARAT MENUJU HIDUP RUKUN DAN DAMAI

Ka Shodik
(Muhammad Sodik, Penyuluh Agama Islam dan Pembimbing Rohani Kota Depok)

Depoknetwork – Sesungguhnya tidak ada yang lebih indah dan lebih utama daripada hidup berdampingan secara damai; damai dengan sesama, damai dengan keluarga, sanak family, handai tolan, damai dengan masyarakat seagama, sebangsa dan senegara.

Ada beberapa hal yang seharusnya kita tegakkan dalam menuju kehidupan yang lebih kondusif dan penuh kedamaian.

Pertama : وجود التسامح  , adanya sikap saling menghargai dalam kehidupan.

Jika sikap saling toleransi dan menghargai tumbuh dalam kehidupan niscaya kesejukan pun akan terasa, baik dalam kehidupan berumah tangga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Seseorang yang mempunyai sifat mulia seperti ini akan mengerti hak dan kewajibannya dengan baik. Ia tidak hanya berbicara lantang tentang hak asasi yang harus ia laksanakan. Ia akan menghargai orang lain tanpa minta dihargai, ia akan menghormati orang lain tanpa minta dihormati, karena ia mempunyai satu falsafah bahwa “jika ingin dihargai, maka hargailah orang lain, dan jika ingin dihormati, maka hormatilah orang lain terlebih dahulu”. Kalau tidak pernah berniat sedikitpun untuk ingin dihormati dan dihargai ia akan tetap menghormati dan menghargai orang lain. Apa ruginya menghargai orang lain?

Sebaliknya, janganlah kita haus dan gila hormat. Jangan pernah merasa kita paling alim, paling pintar, paling berwibawa, paling segalanya dan sebagainya sehingga merasa besar , paling Kharismatik, merasa paling terhormat, lebih celaka lagi merasa paling mulia lalu kecewa dan tersinggung jika orang lain tidak menjunjung dan kurang hormat. Jika demikian berarti kita sudah termasuk orang takabbur, angkuh dan congkak, suatu sikap dan sifat yang tidak disukai Allah Swt. Allah Swt berfirman :

إنّ الله لا يحبّ المستكبرين  (النحل : ۲۳)

Sesungguhnya Allah tidak suka terhadap orang-orang yang sombong.

Seseorang yang punya sikap takabbur, angkuh dan sombong seringkali suka merendahkan orang lain. Renungkanlah, seseorang yang mungkin kita anggap rendah dan hina, mungkin saja dia lebih baik dan lebih mulia dari kita. Jangan terlalu cepat merendahkan dan menghina orang lain dengan memandang sebelah mata dan senyum sinis, dan jangan merasa lebih besar, lebih hebat dan lebih mulia dari yang lain.

باأيها الذين امنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيرا منهم ( الحجرات : ۱۱)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok.

Hamba-hamba Allah yang bersikap saling menghargai ini tidak akan mau merendahkan dan meremehkan orang lain, apalagi memojokkan dan menjatuhkannya. Ia tidak mau mencari musuh tapi justru akan mencari banyak kawan dan sahabat. Ia pelihara hubungan dengan baik dan apik. Allah Swt berfirman :

فاتقوا الله وأصلحوا ذات بينكم وأطيعوا الله ورسوله إن كنتم مؤمنين. (الأنفال : ۱)

Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rosul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.

Kedua : الإبتعاد عن سوء الظن , menghindari suuzzhon, buruk sangka pada orang lain.

Buruk sangka merupakan sifat yang tidak cakap. Buruk sangka dapat merugikan seseorang, kelompok dan golongan. Seseorang yang punya sifat suuzzhon (buruk sangka) sering memandang orang lain dengan penuh curiga, suka memvonis dengan miring dan negatif terhadap gerak seseorang tanpa pertimbangan akal sehat dan fikiran jernih, tidak pula didukung oleh fakta yang konkrit atas tuduhan dan vonisnya itu, seringkali suuzzhon berakhir dengan fitnah yang keji.

Sering terjadi lantaran suuzzhon (buruk sangka) orang baik dituduh buruk, orang lurus dituduh bengkok, orang sholeh dituduh durjana, orang alim dituduh maling, pembawa amanat dituduh khianat dan seterusnya. Tidak jarang pula terjadi sikap buruk sangka dapat menggoyang posisi serta menjatuhkan harkat martabat seseorang, bahkan membangkrutkannya.

Sebaliknya, jika suuzzhon (buruk sangka) dihindari, rasa permusuhan akan tersingkir dengan sendirinya, sifat iri hati dan benci akan menjelma menjadi sikap simpati, sikap selalu curiga berubah menjadi lapang dada, lahirlah sikap husnuzzhon (baik sangka), tumbuhlah sikap untuk memperbaiki dan mempererat sillaturrahmi.

Allah Swt berfirman :

يآأيها الذين امنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إنّ بعض الظنّ إثم ولا تجسّسوا ولا يغتب بعضُكم بعضا (الحجرات : ۱۲)

Wahai orang-orang yang beriman jauhilah dirimu dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.

Ketiga : ضبط النفس  , mampu menahan diri, dapat menahan emosi, sanggup meredam dendam serta mudah memberi maaf.

Sikap ini begitu bijak dan indah. kalau saja umat manusia mengikuti sifat ini maka kesejukan dan keindahan yang akan terwujud. Bagaimana tidak, kecongkakan dibalas dengan kerendahan hati, amarah dibalas dengan wajah ramah, tingkah dengki dibalas dengan keluhuran budi, fitnah dibalas dengan kalam hikmah, dendam dibalas dengan langkah tenang, kezholiman dibalas dengan ampunan, hinaan dibalas dengan senyuman. Alangkah indah hidup ini jika sifat mulia ini mendapat tempat di hati kita semua.

Rosulullah Saw bersabda :

من كظم غيظًا وهو يقدِرُ على إنفاذه ملأ الله قلبَه أمنًا وإيمانًا. (رواه ابن أبى الدنيا عن أبى هريرة)

Barangsiapa yang menahan amarah dan emosi padahal ia dapat melampiaskannya, niscaya Allah memenuhi hatinya dengan keteenangan dan keimanan.

Keempat : التواصى بالحق , saling berwasiat dan nasehat menasehati dalam kebaikan.

Yang namanya manusia tidak akan pernah luput dai kekeliruan, kealfaan dan kesalahan, besar atau kecil, sengaja atau tidak.

Agar tidak terus menerus berada di atas kekeliruan, agar tidak terus menerus terperosok dalam jurang kesesatan, agar tidak terus menerus berada dalam pertikaian, perselisihan dan permusuhan, agar tidak terus menerus berada pada bahaya paling dalam, maka dibutuhkan sebuah nasehat, teguran dan kritik yang bersifat konstruktif (membangaun) tentunya.

Namun tidak semua orang dapat menerima nasehat, teguran atau kritik walau dengan cara yang halus sekalipun. Terkadang seseorang cepat marah menerima suatu teguran, saran dan nasehat. Di lain pihak ada yang amat berterima kasih jika mendapat teguran, nasehat dan kritik.

Di sini kita diminta untuk bersikap sabar dalam menyampaikan suatu nasihat atau teguran, dan dituntut pula untuk berlapang dalam menerima kritik dan saran dari siapapun datangnya. Orang besar atau kecil, tua atau muda, kaya atau miskin, orang berpengaruh atau tidak, selama dalam kebaikan dan maslahat umat harus kita terima dengan lapang dada dan hati yang ikhlas.

Kalau suatu masyarakat luas punya tanggung jawab moral yang begitu tinggi, mau memimpin siap dipimpin, mau menegur juga siap ditegur, mau saling mengingatkan dan siap diingatkan, insya Allah akan berada dalam keberuntungan, terhindar dari kecelakaan, kerugian dan petaka. Allah Sw berfirman :

والعصر إنّ الإنسان لفى خسر إلاّ الذين امنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر (العصر : ۱-۳)

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling nasihat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menatapi kesabaran.

Apabila kita mau saling menghargai sesame kita, menghindari sikap buruk sangka kepada sesama, kemudian dapat mengendalikan emosi dan mudah memberi maaf, juga mau saling nasihat menasehati demi maslahat dan kebaikan, insya Allah Allah akan memberikan kepada kita keharmonisan dalam kehidupan berumah tangga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Allah Swt akan melimpahkan kepada kita rahmat karunia-Nya, barokah inayah-Nya. Insya Allah kita semua menjadi hamba-hamba Allah yang bahagia dan selamat dunia akhirat.

(Muhammad Sodik, Penyuluh Agama Islam dan Pembimbing Rohani Kota Depok)