SALAM JUMAT II TINGKAH LAKU MANUSIA

SHODIQ
Muhammad Sodik Sayuthi, Penyuluh Agama Islam dan Pembimbing Rohani Islam Kota Depok

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke rumah tetangganya, seorang fakir yang banyak anak. Setiap kali pemilik kurma itu memetik buahnya, ia memetiknya dari rumah tetangganya itu. Apabila ada kurma yang jatuh dan dipungut oleh anak-anak orang fakir itu, ia segera turun dan merampasnya dari anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk ke mulut mereka pun dipaksanya dikeluarkan dari mulutnya.

Orang fakir itu mengadukan halnya kepada Nabi saw. Beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian rosulullah saw bertemu dengan pemilik pohon kurma itu dan bersabda : Berikanlah kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si fulan. Sebagai gantinya kamu akan mendapat pohon kurma di surga.” Si pemilik pohon kurma berkata : “Hanya sekian tawaran tuan? Aku mempunyai banyak pohon kurma, dan pohon kurma yang diminta itu yang paling baik buahnya.” Lalu si pemilik pohon kurma itu pun pergi.

Pembicaraan sang pemilik pohon kurma dengan Nabi itu terdengar oleh seorang dermawan, yang langsung menghadap Rosulullah saw dan berkata : “ Seandainya pohon kurma itu menjadi milikku , apakah tawaran tuan itu juga berlaku untuk saya? Rosulullah saw menjawab : “Ya.” Maka pergilah si dermawan itu menemui si pemilik pohon kurma. Si pemilik pohon kurma berkata : “apakah engkau tau bahwa Muhammad saw menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku? Aku telah mencatat tawaran beliau. Akan tetapi buah pohon kurma itu sangat mengagumkan. Aku banyak mempunyai pohon kurma, tetapi tidak ada satu pohon pun yang selebat itu. “Orang dermawan itu berkata : “Apakah engkau mau menjualnya?” ia menjawab : “ Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memenuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang sanggup.” Orang dermawan itu berkata lagi : “Berapa yang kau inginkan?” Ia berkata : “Aku inginkan empat puluh pohon kurma.” Orang dermawan itu terdiam, kemudian berkata lagi : “Engkau minta yang bukan-bukan. Tapi baiklah akan kuberikan empat puluh pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jika engkau benar-benar mau menukarnya.” Ia pun memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu.  Orang dermawan itu menghadap Rosulullah saw dan berkata : “Ya rosulallah, pohon kurma itu telah menjadi milikku, aku akan menyerahkannya kepada engkau.” Maka berangkatlah Rosulullah saw menemui pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda : “Ambillah pohon kurma itu untukmu dan keluargamu. Maka turunlah surah al-Lail yang diantaranya menceritakan perbedaan kedudukan dan kesudahan orang bakhil dengan orang yang dermawan.

Surah al-Lail ini dimulai dengan sumpah-sumpah Allah dengan makhluk-makhluk-Nya yang bertolak belakang sifat-sifatnya, yaitu malam dan siang serta laki-laki dan perempuan. Isi sumpah (muqsam ‘alaih) Allah juga berkenaan dengan sifat manusia berkenaan dengan kekayaan yang bermacam-macam, yaitu ada yang menggunakannya untuk membantu orang lain dan ada juga yang tidak mau. Menggunakannya untuk membantu orang lain akan membawa mereka masuk ke dalam surga, sedangkan kikir akan membawa ke dalam neraka.

Dua tingkah laku manusia yang bertentangan berkenaan dengan kekayaan, Allah gambarkan pada ayat ke 5 sampai 11

فَاَمَّا مَنْ اَعْطٰى وَاتَّقٰى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنٰى فَسَنُيَسِّرُه لِلْيُسْرٰى وَاَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنٰى وَكَذَّبَ بِالْحُسْنٰى فَسَنُيَسِّرُه لِلْعُسْرٰى وَمَا يُغْنِيْ عَنْهُ مَالُه اِذَا تَرَدّٰى

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa. Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, Serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.

Dalam ayat ini Allah menerangkan adanya tiga tingkah laku manusia. Pertama, suka memberi , yaitu menolong sesama manusia. Ia tidak hanya mengeluarkan zakat kekayaannya, yang merupakan kewajiban, tetapi juga berinfak, bersedakah dan sebagainya yang bukan wajib. Kedua, bertaqwa, yaitu takut mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya. Ketiga, membenarkan kebaikan Allah, yaitu mengakui nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya lalu mensyukurinya. Nikmat terbesar yang ia akui adalah surga. Oleh karena itu ia tidak segan-segan beramal di dunia untuk memperolehnya, diantaranya membantu antara sesama manusia. Kepada mereka yang melakukan tiga aspek perbuatan baik di atas, Allah akan memberikan kemudahan bagi mereka, yaitu kemudahan untuk memperoleh keberuntungan di dunia maupun di akhirat.

Sebaliknya, ada manusia yang bertingkah laku sebaliknya. Ia bakhil, pelit, tidak mau menolong sesama, apalagi mengeluarkan kewajibannya yaitu zakat. Disamping itu, ia sudah merasa cukup segala-galanya. Oleh karena itu ia merasa tidak memerlukan orang lain bahkan Allah. Akibatnya ia sombong dan tidak mengakui nikmat-nikmat Allah yang telah ia terima dan tidak mengharapkan nikmat-nikmat itu. Akibatnya ia tidak memperdulikan aturan-aturan Allah. Orang itu akan dimudahkan Allah menuju kesulitan, baik kesulitan dunia maupun  akhirat. Kesulitan di dunia misalnya kejatuhan, penyakit, kecelakaan, musibah dan sebagainya. Kesulitan di akhirat adalah ketersiksaan yang puncaknya adalah neraka.

Pada ayat selanjutnya yaitu ayat 12 sampai 21 Allah menggambarkan kesudahan daripada dua golongan manusia

إِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدٰى وَإِنَّ لَنَا لَلْاٰخِرَةَ وَالْاُوْلٰى فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظّٰى لَا يَصْلٰهَآ اِلَّا الْاَشْقَى الَّذِيْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى وَسَيُجَنَّبُهَا الْاَتْقَى الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهُ يَتَزَكّٰى وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰى اِلَّا ابْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰى وَلَسَوْفَ يَرْضٰى

Sesungguhnya kewajiban kamilah memberi petunjuk, dan Sesungguhnya kepunyaan kamilah akhirat dan dunia. Maka, Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi. dan kelak Dia benar-benar mendapat kesenangan (yang sempurna).

Allah menegaskan bahwa Ia berkewajiban menunjuki manusia mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, sebagaimana dalam ayat lain Allah berfirman :

وَاِذَا جَاۤءَكَ الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِنَا فَقُلْ سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ اَنَّه مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ سُوْۤءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِه وَاَصْلَحَ فَاَنَّه غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: “Salaamun alaikum (selamat sejahtera untuk kamu). Tuhanmu telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan Mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah juga pemilik alam ini, baik alam dunia maupun akhirat. Bila Allah pemilik segala-galanya, maka tiada jalan bagi manusia selain meminta semuanya itu kepada-Nya dengan jalan mengimani dan bertakwa kepada-Nya.

Di samping Allah telah menunjuki manusia jalan yang benar, dia juga memperingatkan manusia tentang adanya neraka yang senantiasa menyala-nyala. Penghuni neraka itu adalah mereka yang paling durhaka , yaitu orang –orang yang senantiasa memandang dusta wahyu-wahyu yang disampaikan kepadanya, karena itu tidak mau mengimaninya dan menjalankannya.

Sebaliknya adalah orang yang takwa, yaitulah orang yang memberikan kekayaannya untuk membantu orang lain untuk menyucikan dirinya. Orang yang takwa itu akan dijauhi dari neraka. Contoh orang yang paling takwa adalah Abu Bakar as-Siddiq yang telah menggunakan seluruh kekayaannya untuk memerdekakan orang-orang lemah dan perempuan-perempuan yang masuk Islam dan membantu mereka.

Orang-orang yang bertakwa membantu orang lain bukan karena orang itu berjasa kepadanya yang karena itu ia perlu membalasnya. Ia membantu orang lain itu semata-mata karena mengharapkan ridha dan surganya Allah di akhirat.

Orang takwa yang membantu orang lain untuk mencari ridha Allah itu akhirnya akan memperolehnya. Orang itu terjauh dari neraka dan akan masuk surga.

Oleh karena itu, marilah senantiasa kita berdo’a kepada Allah memohon petunjuk-Nya lalu beriman dan bertakwa serta mematuhi segala perintah-perintah-Nya, antara lain mengeluarkan kekayaan kita untuk membantu sesama guna memperoleh kecintaan dan keridhoan Allah swt.

(Muhammad Sodik Sayuthi, Penyuluh Agama Islam dan Pembimbing Rohani Islam Kota Depok)