Ragam  

Resiprokal

Resiprokal
Maria Kurniawati, S.S, S.Pd, Kepala Sekolah TK Merak. (Foto: Istimewa)

Ragam – Menyandang status sebagai sekolah inklusif berarti berani dan siap menerima murid berkebutuhan khusus. Saya, selaku kepala sekolah beserta semua guru telah berkomitmen untuk melayani murid berkebutuhan khusus sejak lembaga ini siap menerima murid. Saat ini terdapat enam murid berkebutuhan khusus yang harus didampingi proses tumbuh kembangnya. Keenam murid yang mempunyai hambatan belajar yang berbeda.

Tantangan demi tantangan bermunculan dan mulai mewarnai suasana belajar seperti keterbatasan kemampuan komunikasi antara murid-murid dan/atau murid-guru atau kebingungan guru dalam menenangkan murid berkebutuhan khusus merupakan tantangan yang cukup berat. Saat mereka marah atau tantrum, guru menjadi serba salah dalam megambil tindakan.

Suasana belajar di sekolah dan di pusat terapi sangat berbeda. Metode pembelajaran dan cara belajar juga memegang peranan penting. Murid berkebutuhan khusus harus mengalami proses adaptasi yang berbeda dibanding peserta didik reguler. Ketidaksinkronan sikap murid berkebutuhan khusus ini menimbulkan pertanyaan besar yaitu, mengapa anaknya bisa lebih fokus belajar saat di pusat terapi.

Untuk menjawab keraguan tersebut saya mendorong dan memfasilitasi kesempatan belajar guru dan wali murid di salah satu komunitas belajar sekolah. Di kegiatan komunitas itu saya mengumpulkan guru dan wali murid dalam satu forum dan membuat kesepakatan tentang capaian pembelajaran, cara belajar, bagaimana penilaian kemampuan peserta didik, dan standar prosedur operasional khusus.

Langkah kedua adalah menghubungi terapis masing-masing murid untuk memperoleh capaian terapi murid.. Data-data dari terapis tersebut diolah menjadi asesmen diagnostik rancangan program pembelajaran individu. Dengan demikian stimulus dari sekolah, terapis, dan orangtua selaras.

Langkah selanjutnya adalah melibatkan semua wali murid dan guru untuk belajar dalam webinar Mengenal Inklusi Lebih Dalam. Pengetahuan awal tersebut kemudian dikuatkan dengan belajar di wokshop yang bertema Merajut Makna Inklusi Nusantara. Pengalaman belajar bersama ini wali murid dan guru ternyata membawa dampak positif pada pola pikir dan pola laku wali murid dan guru.

Pertemuan demi pertemuan digelar dan dari obrolan wali murid dan guru disepakati bahwa pembelajaran dirancang untuk meningkatkan kemampuan murid sesuai asesmen diagnotiknya. Rancangan, yang juga dibuat berdasarkan pada hasil terapi mingguan, menggunakan stimulus sederhana sampai rumit. Perubahan dari stimulus tersebut, sekecil apapun, akan menjadi tolok ukur kegiatan selanjutnya.

Wali murid dan guru menyepakati bahwa siklus belajar murid berkebutuhan khusus unik dan berbeda. Tuntutan capaian pembelajaran memang sama tetapi tingkatan capaian pembelajaran dan cara belajar berbeda. Dengan begitu hak anak akan terpenuhi dengan adil.

 

Penulis: Maria Kurniawati, S.S, S.Pd – Kepala Sekolah TK Merak