Ragam  

Refleksi Hari Sumpah Pemuda: Integritas Pemuda dan Perubahan

Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja
Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja. (Foto: Istimewa)

Pemuda adalah harapan bangsa karena ditangan pemudalah nasib dan masa depan bangsa, inilah ucapan yang sudah sangat tidak asing lagi kita dengar baik oleh orang tua kita para tokoh agama maupun oleh para pejabat politik yang sedang berkuasa. Pemuda adalah merupakan agen perubahan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, dari persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan agama menempatkan anak muda sebagai pilar utama dalam menyokong perjuangan.

Dalam Al Qur’an dikisahkan dalam surat Al-Kahfi 13 tentang “Ashaabul kahfi” tujuh sahabat yang bahkan rela mengasingkan dirinya menjauh dari kekuasaan karena integritas dan ketaqwaanya kepada Allah SWT : ” Naḥnu naquṣṣu ‘alaika naba`ahum bil-ḥaqq, innahum fityatun āmanụ birabbihim wa zidnāhum hudā”. Artinya : Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya, sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka. Kisah ashaabul kahfi tersebut dapat menjadi spirit dan motivasi kita sebagai generasi muda didalam menyongsong perubahan sebagai generasi yang memiliki keteguhan, berprinsip pada kebenaran, meskipun harus ditempa dengan berbagai ujian dan cobaan. Ketika ditawarkan berbagai kekuasaan dan kenikmatan ketujuh pemuda tersebut tetap pada pendirianya, inilah contoh dari generasi yang memiliki keteguhan dan integritas dalam menyongsong perubahan.

Perubahan besar di tangan pemuda berintegritas

Kita semua tentu menyadari bahwa ditangan anak-anak mudalah perubahan besar akan terwujud dan perubahan besar hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memiliiki integritas tinggi. Dalam konteks politik kekuasaan tanpa adanya integritas, maka kita hanya akan menghadapi pergantian dari rezim lama ke rezim yang baru tanpa adanya perubahan. Tanpa adanya integritas kita hanya akan memberikan kue kekuasaan kepada figur yang baru untuk mengulangi bahkan mempersulit keadaan, sementara benang kusut persoalan bangsa semakin hari semakin tidak mudah teruraikan. Maka memiliki kecerdasan dan integritas yang tinggi menjadi prasarat mutlak dalam kepemimpinan politik kedepan.

Ada sebuah pendapat bahwa idealisme merupakan unsur penting bagi kaum muda, benarkah demikian? Secara pribadi saya memandang bahwa idealisme bukan faktor tunggal yang perlu ada dalam diri seorang pemuda, karena faktor lainnya yang harus dimiliki seorang pemuda adalah integritas. Dalam konteks bangsa kita saat ini, kita tentu prihatin melihat bagaimana sebagian generasi muda bangsa ini rela menggadaikan akal sehat dan nuraninya menjadi buzzer dengan menebarkan propaganda kebencian, kebohongan dan terkadang juga menebar fitnah demi kepentingan yang membayarnya. Inilah yang harus menjadi pekerjaan rumah para pemimpin ke depan agar tidak lagi ada kelompok-kelompok buzzer yang setiap hari hanya membuat gaduh suasana berbangsa kita.

Keteladanan pemimpin

28 Oktober adalah momentum penting dimana secara historis kita Bangsa Indonesia diwakili oleh para pemuda yang berintegritas, mereka meneguhkan rasa persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Keteladanan inilah yang sangat dibutuhkan bangsa saat ini sebagaimana keteladanan para “ashaabul kahfi” yang lebih memilih menjauhkan diri dari kekuasaan yang dirasakan semakin jauh dari tuhannya (Allah). Disinilah dibutuhkan keteladanan para pemimpin kita, tidak hanya dalam perkataan tetapi juga dalam tindakan yang nyata. Sehingga dengan spirit Sumpah Pemuda tahun ini generasi muda kita menjadi generasi yang visioner menyongsong perubahan dalam mewujudkan Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.

Sebagai penutup marilah kita renungkan kembali cara kita berbangsa dan bernegara, kita tentu sepakat bahwa bangsa ini tidak boleh terbelah karena persoalan perbedaan presepsi politik, secara genetika kita adalah bangsa yang bersatu, keberagaman kita adalah keniscayaan. Allah SWT juga telah menggariskan dalam surat Al-Hujrat 13 : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”. Semoga kita menjadi bangsa yang besar, bangsa yang bermartabat, bangsa yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuur.

 

 

Penulis : Dr. Heri Solehudin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik Pascasarjana Uhamka, Wakil Ketua Forum Doktor Sospol UI, Direktur Heri Solehudin Center).