Ragam  

Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2023: Mengukuhkan Persatuan Dalam Kebhinekaan

hERI
Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja.

Sebagai generasi muda kita tentu tidak ingin menjadi generasi yang jumud, stagnan dan statis, tetapi kita harus menjadi generasi yang progresif dan visioner. Karena itu dengan semangat persatuan Ukhuwah Islamiyah dan Ulhuwah Wathoniyah, pemuda Indonesia harus menjadi Lokomotif Gerakan Perubahan, sehingga Pemilu 2024 menjadi pintu gerbang  kesejahteraan Bangsa Indonesia.

DEPOKNETWORK.COM – Sumpah Pemuda merupakan ikrar putra-putri bangsa dalam mengikatkan dirinya menjadi satu kesatuan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada tanggal tersebut, pemuda-pemuda dari berbagai organisasi dan suku bangsa di Indonesia berkumpul di Jakarta (saat itu masih dikenal sebagai Batavia) untuk menyatakan tekad mereka dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka bersumpah untuk bersatu, berjuang, dan berbakti kepada Tanah Air Indonesia, serta menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan awal dari gerakan menuju tercapainya  kemerdekaan bangsa Indonesia.

Meskipun Indonesia telah merdeka selama puluhan tahun, makna ini tetap relevan dalam konteks menjaga kedaulatan negara dan menjauhkan diri dari tekanan asing. Dalam konteks bangsa Indonesia saat ini kita harus terus memelihara semangat persatuan, menghormati keberagaman, dan bekerja sama untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Dengan merujuk pada nilai-nilai Sumpah Pemuda, generasi terbaru dapat berperan aktif dalam membangun Indonesia yang lebih kuat dan harmonis.

Hal ini wajib kita lakukan karena dalam kurun beberapa tahun terakhir ini bangsa kita  berada pada titik yang sangat memperihatinkan. Persatuan dan kesatuan bangsa dibelah, ada kelompok yang diklaim sebagai paling NKRI sementara kelompok lainnya disebut makar dan anti NKRI. Umat juga dibelah dan dipecah-pecah ada yang disebut Islam Pancasilais dan ada yang disebut anti Pancasila dan akan mengganti Pancasila, tuduhan dan kalim sepihak yang justru sangat membahayakan persatuan dan kesatuan antar sesama anak bangsa seringkali disampaikan justru oleh pihak-pihak yang mewakili kelompok istana.

Mengembalikan kewarasan

Pada tahun politik sekarang ini sumpah pemuda dapat kita jadikan sebagai momentum (meminjam istilah Calon Presiden RI 2024 Anies Baswedan) dalam Mengembalikan Kewarasan dalam berbangsa dan bernegara. Narasi ini merupakan bentuk keprihatinan yang sangat dalam bagi kita sebagai warga negara, bahwa ada persoalan serius yang sedang terjadi pada bangsa kita saat ini. Hal ini tetntu bukan tanpa alasan, karena beberapa minggu tetakhir ini kita dipertontonkan oleh sikap pengusa yang menjadikan negara sebagai korporasi milik pribadi. Lembaga-lembaga tinggi negara dikuasai, eksekutif, legislatif, bahkan yudikatif ada dalam genggaman kekuasaan Presiden, bahkan belum ada dalam sejarah anak Presiden yang belum cukup umur dikatrol melalui kekuatan yudikatif yang dikomandani oleh pamannya sendiri, suatu tindakan yang jauh dari etika dan moral penyelenggara negara, dan hari ini kita bangsa Indonesia dipertontonkan oleh fakta tentang drama yang memuakkan itu, yang merupakan  sebuah catatan terburuk dalam sejarah Republik ini sejak berdirinya hingga saat ini.

Peristiwa ini tentu menjadi catatan penting bagi anak-anak muda bangsa ini, mengingat ada ribuan anak-anak muda berprestasi dan layak mendapatkan kesempatan untuk menjadi nahkoda bagi perjalanan bangsa kedepan, akan tetapi rakyat justru disuguhkan dengan satu anak muda yang belum memiliki rekam jejak maupun prestasi apapun, hanya karena dia merupakan anak Presiden. Tentu saja hal  ini bukan hanya mencederai semangat Sumpah Pemuda, dimana bangsa ini seharusnya dipertontonkan dengan kontestasi gagasan-gagasan besar dalam membangun negeri, berubah menjadi drama adu kekuatan. Melakukan akrobat politik termasuk mengakali kunstitusi dan menggunakan Mahkamah Konstitusi demi melajutkan kekuasaan, pemilu yang seharusnya menjadi ajang kontestasi gagasan menjadi arena drama politik dengan  judul “Putra Mahkota”.

Jalan menuju perubahan

Karena itu dalam waktu yang kurang dari empat bulan menuju pemilu  ini saatnya kita memilih dan memilah sebelum menentukan, didepan mata kita tersedia pilihan untuk melanjutkan apa yang kita rasakan saat ini atau memilih jalan lain yaitu jalan menuju perubahan. Perubahan bagi suatu bangsa merupakan suatu keniscayaan, bukan  sekedar janji manis ataupun propaganda politik, setiap rezim tentu mewarisi legasi rezim sebelumnya dengan sejumlah catatan, maka perubahan  bukan berarti merubah segala yang telah ada dan dilakukan saat ini akan tetapi perubahan adalah Al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. (Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik). Maka jika ada sebagian orang yang bertanya, apanya yang akan dirubah ? Maka itu tentu merupakan pertanyaan naif dan tidak masuk di akal, mengapa ? Karena kita hidup terus berubah dan perubahan adalah Sunnatullah.

Karena itu sebagai generasi muda kita tentu tidak ingin menjadi generasi yang jumud, stagnan, statis, tetapi kita harus menjadi generasi yang progressif, visioner, karena itu dengan semangat persatuan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathoniyah. Pemuda Indonesia harus menjadi Lokomotif Gerakan Perubahan sehingga Pemilu 2024 menjadi pintu gerbang kesejahteraan Bangsa Indonesia. Selamat Hari Sumpah Pemuda!

 

Penulis : Dr. Heri Solehidin Atmawidjaja (Pemerhati Sosial Politik dan Dosen Pascasarjana Uhamka Jakarta, Wakil Ketua Forum Doktor Sospol UI, Direktur Heri Solehudin Center