Ragam  

Islam dan Kemanusiaan di Era Modern

dimas adi
Dimas Adi Nugraha, Mahasiswa S1 Hubungan Internasional UMY. (Foto: Dok. pribadi)

Islam hadir di tengah kehidupan manusia pada hakikatnya bertujuan untuk menjadi rahmat bagi seluruh elemen kehidupan tanpa terkecuali. Kata rahmat menurut KBBI adalah belas kasih, berkah. Maka, apabila kita kontekstualisasikan pada kehidupan dunia maupun akhirat, Islam sudah semestinya menjadi landasan, utamanya bagi para pemeluknya.

Ajaran Islam dengan sumber-sumbernya  Al-Qur’an dan Sunnah sejatinya merupakan sebuah konsep, metode dan prospek bagi manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan. Bagaimana tidak, konteks Islam jika kita uraikan dengan ketiga hal tadi secara seksama telah mengatur bagaimana tingkah-laku manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun hingga terlelap tidur, sejak lahir hingga kembali pada sang pencipta.

Berbicara Islam sebagai ajaran agama dalam konteks peradaban. Ajaran ini secara de facto maupun de jure hingga kini terbukti telah menjadi salah satu pilar bagi peradaban manusia. Coba kita telisik kembali, perjalanan Nabi Muhammad sebagai utusan utama Allah Swt dalam mendakwahkan ajaran Islam. Ternyata memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi perubahan tatanan kehidupan sedari dulu sampai sekarang. Ditambah lagi dengan dinobatkannya Rasul sebagai tokoh pertama yang paling berpengaruh dalam perjalanan dunia hingga saat ini (Hart 1978).

Peran Rasul sebagai tokoh revolusioner dapat kita uraikan lewat bagaimana perjuangannya dalam mengubah nilai-nilai dasar kehidupan. Dalam hal ini akhlak semasa dakwahnya di kota Mekkah, yang kemudian terabadikan di dalam Al-Qur’an dengan diturunkannya surat-surat Makiyyah.

Sedangkan dalam meramu tatanan kehidupan yang sarat akan nilai kearifan dan kebijaksanaan. Kita dapat menelisik perjuangan Rasul pasca hijrah dari Mekkah ke Madinah yang selanjutnya terabadikan dalam surat-surat Madinah. Perjuangan Rasul dalam merekonstruksi tatanan kehidupan dunia kemudian ditutup dengan khutbah pamungkasnya. Saat khutbatul Wada’ dengan diturunkannya QS: Al-Maidah ayat 3.

Memasuki era modern, khususnya di abad 21. Keberadaan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta justru bertolak belaka dengan apa yang menjadi prospek Islam sejak awal. Transformasi kehidupan dari berbagai sisi baik sosial, ekonomi dan politik memiliki andil besar terhadap berubahnya tatanan kehidupan, bahkan sampai tingkat paling mendasar yakni tingkah-laku manusia. Contohnya, westernisasi  dengan akulturasinya terhadap berbagai budaya masyarakat di belahan dunia, dari sudut pandang sosial (Phillips Huntington 1996).

Bersamaan dengan hal tersebut dari sudut pandang beragama, fenomena post-truth sebagai salah satu dampak sekaligus variabel kehidupan modern berkontribusi besar dalam dinamika kehidupan beragama saat ini, khususnya Islam yang terlihat dengan banyaknya penyimpangan dari cara pemahaman hingga praktek. Beberapa contoh di atas memiliki dampak yang signifikan bagi perkembangan manusia modern saat ini.

Islam Sebagai Konseptual dan Operasional dalam Kemanusiaan

Islam sebagai konsep. Berbicara Islam di era modern, sudah menjadi tugas kita untuk kembali menempatkan Islam pada posisi semestinya, yakni sebagai rahmat. Dalam hal ini Islam dapat menjadi sebagai problem solving bagi bermacam-macam problematika yang ada. Semisal, kita dapat mengambil contoh problematika yang begitu dekat dengan kita, yakni kemanusiaan. Mengapa demikian? Polemik terkait kemanusiaan menjadi salah satu permasalahan fundamental hari ini.

Munculnya isu kemanusiaan dari berbagai aspek seperti kesehatan, pendidikan dan budaya merupakan sebuuah keniscayaan dari dunia modern. Islam dalam memandang kemanusiaan pada dasarnya menempatkan hal tersebut sebagai salah satu aspek utama dalam kehidupan. Kata An-Nas dalam Al-Qur’an sendiri terdeteksi sejumlah 190 kali. Tentu hal ini tidak lepas dari bagaimana Islam memandang manusia sebagai subjek maupun objek utama dari ajaran Islam.

Upaya tersebut terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu:  pertama, kita harus kembali menempatkan bahwa Islam sebagai ajaran agama yang sangat menjunjung tinggi keberagaman. Melalui konsep wasathiyyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yakni QS: Al-Hujurat: 13, Islam memerintahkan para penganutnya untuk senantiasa mengedepankan prinsip toleransi, gotong-royong dan persaudaraan, selama itu tidak menyimpang dari prinsip tauhid. Melalui ayat di atas, Islam mencita-citakan sebuah konsep besar terhadap ruang lingkup kemanusiaan.

Kedua, Islam itu implementatif. Bukan menjadi rahmat apabila Islam sebagai ajaran agama hanya memerintahkan para pemeluknya untuk sekadar memahami apa yang menjadi perintah dan larangan Allah dan Rasulnya. Islam sebagai konsep yang di dalamnya terkandung nilai-nilai juga menyeru kepada para pemeluknya untuk dapat mengimplementasikan nilai tersebut dalam menjalani kehidupan, yang kemudian dikemas menjadi seruan untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan buruk.

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS: Ali-Imran: 104)

Gerakan Kemanusiaan Muhammadiyah

Mendalami Islam sebagai sebuah gerakan kemanusiaan, kita dapat mengambil contoh beberapa gerakan Islam yang dikemas secara kolektif, salah satunya lewat  gerakan kemanusiaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai gerakan civil society telah banyak berkontribusi dalam ranah kemanusiaan, secara gagasan maupun gerakan.

Gerakan kemanusiaan yang terdapat sampai hari ini oleh Muhammadiyah juga bersifat inklusif, tanpa pandang batas agama, budaya bahkan teritori negara. Hal demikian menjadi cerminan dari tujuan hadirnya Islam di tengah-tengah kehidupan, yakni sebagai rahmat bagi alam semesta.

Muhammadiyah menjadikan ranah kemanusiaan sebagai aspek utama dalam melangsungkan dakwahnya. Melalui Trisulanya yakni LazisMu, MDMC dan MPM, Muhammadiyah menjadi garda terdepan dalam merespon kebencanaan, problematika kesejahteraan di dalam negeri tanpa pandang bulu. Hal ini salah satunya dapat kita lihat dari kontribusi Muhammadiyah pada suku Kokoda di Papua Barat.

Sedangkan di luar negeri, Muhammadiyah terlibat aktif di dalam aktivitas kemanusiaan melalui seperti yang dapat kita lihat di Rohingya dan Mindanao melalui payung Muhammadiyah Aid (Latief and Nashir 2020). Upaya ini tentu menjadi wujud konkrit bahwa Islam dalam memandang kemanusiaan menempatkannnya menjadi prioritas utama. Dan di era modern sekarang, cara pandang tersebut harus tumbuh menjadi sebuah gerakan operasional yang nyata.

Islam Pilar Peradaban

Mewujudkan Islam sebagai rahmat yang mana menjadi tujuannya melalui peran dalam membangun dunia yang berkeadaban bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Beberapa contoh di atas adalah wujud nyata bahwa inilah Islam yang sebenar-benarnya, utamanya sebagai problem solve di era sekarang.

Akan tetapi, satu hal yang pasti dan menjadi kunci dasar adalah bagaimana kita sebagai umat muslim harus mampu untuk memahami dan mengimplementasikan Islam secara kaffah. Baik dalam konteks kemanusiaan habluminannas, maupun lainnya. Dengan langkah tersebut, maka Islam sebagai salah satu pilar peradaban yang kokoh dapat senantiasa menjamin kehidupan dunia yang tentram, sejahtera dan berkeadaban  sebagaimana yang menjadi cita-cita umat manusia.

 

Penulis : Dimas Adi Nugroho (Ketua Umum IMM Fisipol UMY, Mahasiswa S1 Hubungan Internasional UMY)