Ragam  

Hajat Jangka Panjang Yang Pasti Sebelum Hajat Saat Ini Yang Tidak Pasti

Gambar: Ilustrasi
Gambar: Ilustrasi

DEPOKNETWORK.COM, Depok – Memprioritaskan kebutuhan jangka panjang yang sudah pasti lebih baik daripada memprioritaskan kebutuhan saat ini yang belum pasti dan terbatas. Maksudnya adalah jika ada beberapa pilihan kepentingan (kebutuhan) yang salah satunya merupakan kebutuhan (maslahat) jangka panjang yang pasti, sedangkan lainnya adalah kebutuhan jangka pendek yang tidak pasti, prioritasnya adalah kebutuhan jangka panjang yang terlebih dahulu ditunaikan.

Islam mengajarkan umatnya untuk merencanakan kehidupan dengan baik, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan jangka panjang ini melibatkan perencanaan karir, keluarga, ibadah, dan persiapan untuk akhirat.

Hajat  jangka panjang yang pasti dan hajat saat ini yang tidak pasti sama-sama memiliki peran dalam hidup kita. Namun, dengan memahami perbedaan keduanya, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan mencapai keseimbangan antara memenuhi kebutuhan saat ini dan membangun masa depan yang lebih baik. Jika ada beberapa pilihan kepentingan (kebutuhan) yang memiliki maslahat jangka panjang dan maslahat, jangka pendek, prioritasnya adalah maslahat jangka panjang.

Dalil Al – Qur’an

Pertama, maslahat atau mudharat jangka panjang yang ber- sifat pasti atau semipasti harus menjadi pertimbangan kaidah fiqih:

“Tinggalkan yang meragukanmu pada sesuatu yang tidak meragukanmu” (HR at-Tirmidzi).

Kedua, kaidah saddu dzari’ah dan fathu dzari’an. Para ulama ahli ushul menggunakan maslahat atau mudharat jangka panjang sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan dan memilih aktivitas

“Keyakinan tidak hilang dengan keraguan”

“Lebih mendahulukan maslahat jangka panjang yang kuat daripada maslahat saat ini, tetapi lemah”.

Dalil atas standar mendahulukan hajat jangka panjang yang pasti sebelum hajat saat ini yang tidak pasti adalah saddu dzari’ah, fathu dzari’ah, fiqih ma’alat, dan kaidah, “(Lebih) mendahulukan maslahat jangka panjang yang kuat daripada maslahat saat ini, tetapi Lemah.”

 

Contoh

  • Membeli rumah atau properti: Ini adalah tujuan finansial jangka panjang yang membutuhkan perencanaan yang matang, termasuk menabung uang muka dan mengatur keuangan.
  • Investasi emas Logam mulia yang sering dijadikan investasi untuk menjaga nilai uang di tengah inflasi.
  • Menabung untuk pendidikan menyelesaikan studi S1, S2, atau S3 di bidang tertentu dari pada membeli barang terbaru, pakaian branded, atau barang-barang mewah lainnya.
  • kaidah saddu dzari’ah karena ada mudharat yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Suatu perbuatan (kebijakan) bisa dilarang (tidak diperbolehkan) bukan karena mudharat saat kebijakan itu dikeluarkan (aktivitas dilakukan), tetapi karena mudharat yang akan terjadi. Begitu pula, kaidah fathu dzari’ah. Jika ada maslahat jangka panjang, kebijakan tersebut bisa dianjurkan atau bahkan diwajibkan karena ada maslahat jangka panjang yang melatarbelakanginya

Studi kasus

  • Pengelolaan keuangan

Hajat Jangka Panjang yang Pasti: Budi memiliki tujuan untuk membeli rumah dalam 5 tahun ke depan. Ia telah menghitung biaya yang dibutuhkan, membuat anggaran, dan mulai menabung secara teratur.

Hajat Saat Ini yang Tidak Pasti: Budi melihat sebuah mobil baru yang sangat menarik. Ia sangat ingin membeli mobil tersebut, namun ia sadar bahwa pembelian mobil tersebut akan menghambat tujuan jangka panjangnya untuk membeli rumah.

Analisis:

Prioritas: Dalam kasus ini, Budi perlu memprioritaskan tujuan jangka panjangnya untuk membeli rumah. Membeli mobil baru mungkin akan memberikan kepuasan sesaat, namun akan menghambat pencapaian tujuan yang lebih besar.

Alternatif: Budi bisa mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan transportasinya, seperti membeli mobil bekas atau menggunakan transportasi umum.

Kesimpulan

Studi kasus yang kita bahas menunjukkan betapa pentingnya membedakan antara hajat jangka panjang yang pasti dan hajat saat ini yang tidak pasti. Keduanya memiliki peran yang berbeda dalam kehidupan kita, namun dengan memprioritaskan hajat jangka panjang, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dan mencapai tujuan hidup yang lebih berarti

 

Oleh: Aura Nuraini – Mahasiswi  STEI SEBI

(Tulisan ini adalah opini pribadi Penulis)