Ragam  

6 Tips Menciptakan Hati Yang Tenang

Ilustrasi
Ilustrasi.

DEPOKNETWORK.COM –  Manusia adalah makhluk fisik, spiritual dan intelektual. Dalam berislam, kita tidak cukup melibatkan aspek fisik saja. Ada sisi spiritual dan intelektual yang harus kita jaga. Menjaga sholat di awal waktu, istiqomah membaca Al Qur’an dan memiliki wirid yaumi itu penting.

Akan tetapi itu baru minimum. Sebagai manusia dewasa yang diuji banyak hal, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan secara istiqomah dan pelan-pelan agar hidup kita bisa lebih tenang dan kuat. Tidak usah terburu-buru membuat kebiasaan. Pelan-pelan aja. Yang penting kita tahu mau kemana. Apa saja itu?

  • Tawaqquf
    Tawaqquf artinya tidak terburu-buru mengambil sikap ketika melihat suatu perkara. Tidak mengucapkan apapun kecuali hal-hal yang dipahami dengan baik. Meskipun orang ramai membicarakan perkara tersebut dan menuntut kita bersikap, kita perlu menyadari kapasitas keilmuwan kita ada dimana. Kalau kita bukan orang yang kompeten untuk memberikan fatwa, kita perlu pelan-pelan mencari ulama yang bisa kita ikuti.
  • Tuma’ninah
    Tuma’ninah adalah sikap diam di antara gerakan sholat. Tanpa tuma’ninah, sholat kita kadang-kadang hanya berujung pada gerakan saja. Tidak ada kesadaran bahwa kita sedang menghadap kepada Allah. Ketika kita shalat dalam kondisi pikiran penuh, tuma’ninah itu mengembalikan kesadaran kemana kita menghadap.Kalau kita terbiasa menjaga tuma’ninah dalam sholat, insya Allah sikap ini pelan-pelan terbawa di dunia nyata. Di dunia kerja atau di kehidupan sehari-hari, akan banyak keputusan-keputusan yang kita buat. Kebiasaan untuk tuma’ninah akan membantu kita memeriksa niat di balik setiap keputusan kita.
  • Puasa
    Puasa yang dijalankan dengan baik akan membantu kita untuk terlatih menahan hawa nafsu. Manusia dewasa ujiannya banyak sekali. Maka usahakan puasa kita diikuti dengan kesadaran bahwa yang kita tahan bukan cuma lapar dan haus tetapi juga hawa nafsu. Dengan berpuasa, kita akan pelan-pelan memperbaiki kontrol diri untuk tidak mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan. Akar kedzoliman adalah ketika kita berlebih-lebihan. Puasa yang diikuti dengan pemahaman dan kesadaran akan membuat kita memahami definisi cukup.
  • Mendekatkan Diri dengan Al Qur’an
    Ada banyak cara untuk mendekatkan diri dengan Al Qur’an. Tidak harus selalu one day one juz atau membaca tafsir. Kadang-kadang, kita juga perlu membeli buku-buku yang ditulis oleh ulama dengan tema ayat-ayat Al Qur’an. Ini agak effort sih. Tapi ini penting banget untuk menambah keterikatan kita pada Qur’an. Istiqomahkan selalu agar kalau kita ada masalah, otak kita bisa membantu kita untuk mengingat ayat-ayat-Nya.
  • Melakukan amal-amal yang melembutkan hati
    Ada banyak orang yang memahami agama namun dalam keseharian, mereka menjalankan dengan keras hati dan kurang empati. Ini akarnya dimana? Kelembutan hati bukanlah suatu hal yang bisa datang tiba-tiba. Kita perlu mengusahakan hal tersebut. Bagaimana caranya? Langkah pertama adalah dengan mengenal diri kita sendiri sehingga bisa menyelesaikan rasa marah yang masih bersarang di hati. Selanjutnya, istiqomahkan melakukan kebaikan kecil kepada sesama. Jika kita punya tenaga lebih, berusahalah melindungi pihak yang lebih lemah, tempatkan sudut pandang kita di posisi mereka. Dengan begitu, pelan-pelan kita menjalankan fungsi kita sebagai Khalifah fil Ardh yang berjiwa lembut.
  • Menata pemahaman tauhid kita ketika berbicara soal takdir.
    Ketika kita bicara soal ekspektasi, manusia kadang takut punya keinginan dan takut punya ekspektasi tinggi karena tidak siap dengan kegagalan. Saat kita punya cita-cita, yang pertama perlu kita tata adalah kesadaran bahwa Allah itu maha berkehendak. Maka dalam setiap usaha kita, kamu boleh berusaha sekuat tenaga dan berekspektasi setinggi mungkin sambil memasrahkan semua kepada Allah. Berhasil atau gagal, semua kehendak Allah.

Bekal tauhid ini memang tidak akan langsung membuat kita kuat. Tapi pelan-pelan pemahaman ini akan membuat kita sadar bahwa kita perlu belajar ridho dan tidak terlalu bergantung kepada dunia. Semua yang ada di dunia ini adalah ladang amal. Tercapai atau tidaknya cita-cita hanyalah masalah perpindahan dari satu ladang amal ke ladang amal yang lain. Semua kondisi bisa menghasilkan pahala jika kita menjalankan dengan kesadaran penuh sebagai hamba.
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”QS At Taubah : 105.

 

Penulis: Utia (Mahasiswa STEI SEBI)