Senyum Menambah Keberhasilan Dalam Kegiatan Belajar di Home Schooling Kak Seto Depok

Seto Mulyadi (kak seto) memotong pita simbolis Grand Opening Homeschlooing Kak Seto, di Jl.Putri Tunggal, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis. (Istimewa)

DEPOKNETWORK.COM – Pembangunan sarana belajar Home Schooling Kak Seto (HSKS) Kota Depok diresmikan langsung oleh Seto Mulyadi yang lebih dikenal Kak Seto selaku pembina Sekolah Kak Seto, yang ditandai secara simbolis dengan pemotongan pita.

Gedung baru HSKS yang didesain untuk mendukung terciptanya kenyamanan dan peningkatan fasilitas bagi para siswa.

Hadirnya Home Schooling Kak Seto (HSKS) di Kota Depok, ternyata permintaan dari masyarakat sejak dahulu karena konsep pembelajarannya yang sangat dimintai pelajar. Sehingga sekolah ini berdiri untuk anak.

Pernyataan tersebut langsung disampaikan Pendiri HSKS yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan Internasional, Seto Mulyadi saat diwawancara dalam Grand Opening HSKS yang berlokasi di Jalan Putri Tunggal, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis. Senin (19/06/2023).

“HSKS ini merupakan permintaan dari masyarakat. Kami memang ciptakan satu prinsip yang berbeda dengan yang lain, yaitu sekolah untuk anak, bukan anak untuk sekolah,” ujarnya saat Grand Opening HSKS di Kota Depok.

Dengan prinsip itu, Kak seto menyediakan sekolah yang memang banyak dibutuhkan anak tanpa terlau ketat apalagi menekan mental anak akan tetapi selalu mempunyai nilai disiplin. Itu dilakukan, karena sesuai amanat undang-undang sistem pendidikan nasional.

“Maka kami sediakan tempatnya, dan ternyata cukup banyak kami sudah mendirikan sekolah formal dari tahun 1982. Ternyata saat kami buka pendidikan informal, ternyata diminati dan muridnya banyak yang berminat” terangnya.

Perlu diketahui, pendidikan informal yang disebut Kak Seto ternyata muridnya bukan berasal dari dalam negeri saja melainkan dari berbagai negara, seperti di Australia, Jepang, Saudi Arabia, Malaysia. Bahkan Eropa.

“Jadi ternyata wajibnya bukan wajib sekolah tapi wajib belajar. Dan belajar itu bisa kapan saja, dimana saja dengan siapa saja. Jadi akhirnya kami sediakan itu. Walaupun ada sekolahnya yang nonformal, masuknya seminggu hanya 3 kali dalam sehari, waktunya hanya 3jam,” ungkap Kak Seto dengan sapaannya.

Kak Seto menjelaskan, ada perbedaan reaksi murid saat belajar di sekolah informal miliknya saat bel berbunyi, selalu menanyakan apakah pelajaran bisa ditambah, ini adalah kenyamanan belajar dalam menggali potensi yang dimiliki setiap murid.

Ruang belajar dengan kapasitas di isi 5-10 murid setiap kelasnya.

Berkat kenyamanan belajar tersebut, hasilnya sekarang alumni HSKS lebih dari 3ribu pelajar banyak yang di perguruan tinggi negeri, seperti di Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Nasional (UNAS). Bukan sekedar di negeri, banyak juga yang masuk perguruan tinggi swasta, seperti di Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Bahkan, yang jadi artis juga banyak, seperti Nikita willy, Citra scholastika dan Prilly latuconsina.

“Lalu yang jadi juara olahraga internasional juara motor cross, juara golf internasional. Yang begitu lulus SMA belum 1 tahun juga sudah bisa buka coffe shop sendiri. Jadi yang dunia bisnis juga ada,” terang Kak Seto.

HSKS ini hadir untuk menjawab makna pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1, mengatakan pendidikan adalah usaha sadar yang mewujudkan suasana pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Sehingga tercapaiannya itu kata Kak Seto, bukan ajang mengisi kepala anak dengan beragam hafalan pelajaran, tapi lebih pada menggali potensi dirinya.

“Jadi yang cerdas itu bukan pintar matematika atau pinter gambar, fisika atau biologi,” ungkapnya.

Menurutnya, setiap kemampuan pelajar itu berbeda, sehingga tidak bisa dibanding-bandingkan. Misalnya yang pintar gambar belum tentu pintar menyanyi. Lalu, yang pintar ngaji belum tentu bisa mata pelajaran dengan baik, semua adalah beragam.

Intinya adalah bahwa tidak ada dibanding-bandingkan lalu ada kecerdasan masing-masing di apresiasi. Misalnya non formal setiap hari jumat itu ada acara pementasan dari bakat masing-masing. Pamerkanlah yang pinter ngaji, pintar tari dan pintar gambar atau sebagainya. Begitu juga, yang mau jadi wartawan, presenter harus di apresiasi.

“Dengan konsep belajar seminggu 3 kali dan hanya 3 jam, saya (kak seto) pernah dipanggil DPR untuk diminta penjelasan. Saya suruh datang, dan lihat secara langsung sekolah kami dan senang lihatnya karena anak-anak juga nyaman dalam belajarnya. Jadi kami jelaskan tentang sebenarnya diamanatkan UUD Sisdiknas seperti ini, karena informal dan formal saling melengkapi,” jelasnya.

HSKS ini memang melakukan seleksi tenaga pengajar secara berbeda, syarat utama harus murah senyum, ramah, ikhlas dan baik hati. Hal ini karena yang dibutuhkan pelajar.

Sehingga guru di HSKS selalu diingatkan keramahan dan senyum, sebab banyak pelajar yang memiliki kecerdasan anak untuk bisa digali potensinya.

Bersinergi demi mensukseskan masa depan anak.

 

“Buktinya beberapa anak yang kebutuhan khusus menghasilkan hasil karya, salah satunya tunga rungu itu bahkan sudah sangat percaya diri. Karena kami justru menjawab kebutuhan masyarakat jadi ternyata dukungan juga cukup bagus pemerintah juga artinya bukan hanya tingkat Daerah tapi juga tingkat Nasional,” tutur Kak Seto.

HSKS intinya konsisten pada satu pemenuhan hak anak fondasi masa depan. Hak untuk belajar karena semua anak senang belajar tapi tidak dengan cara paksaan, tidak dengan cara kekerasan ibaratnya sediakan saja tanah yang subur maka bunga-bunga dalam pot, itu akan merekah dengan segala ke elokan indahnya.

Kak Seto menjelaskan, pendidikan tanggung jawab bukan hanya pemerintah saja tapi masyarakat, karena pendidikan adalah salah satu hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan pemenuhan hak anak. Sehingga bukan hanya pemerintah, tapi juga masyarakat luas dan termasuk keluarga.

“Jadi kita jangan saling menyalahkan pemerintah. Yuk kita bergandeng tangan bersinergi dengan pemerintah karena itu bagian dari tanggung jawab kita,” tegasnya.

Ketua Yayasan Homeschlooing Kak Seto Depok, Budi Kurnia Sehaeri menyampaikan, kehadiran sekolah ini sangat ditunggu tunggu masyarakat, karena dengan konsep pendidikannya yang memberikan pembelajaran berbeda. Sebab harus diyakini serta disadari pendidikan adalah hak anak.

“Kami berikan pendidikan berkualitas informal dan formal. Demografi di masa depan yang hadir ditengah masyarakat, dijamin berkualitas dalam kembangkan potensi anak. Saya mohon doa restu agar dapat berjalan dan bermanfaat,” ungkap Budi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Hj Siti Chaerijah Aurijah yang dalam sambutannya mengucapkan selamat atas bukanya sekolah rumah kak seto, karena dengan ini menjadi pilihan beragam untuk anak-anak.

“Kami dari Pemerintah Kota Depok ucapkan selamat atas grand opening sekolah Kak Seto. Pendidikan merupakan pilihan saat kita ingin sekolahkan anak kita. dengan adanya sekolah HSKS ini, Depok ada berbagai pendidikan dari informal hingga formal,” jelasnya.

Disampaikan Hj Siti, sekolah ini membantu pemerintah bagi siswa yang ingin masuk sekolah negeri tapi kenyataannya sekolah negeri terbatas, tapi ada pilihan pendidikan dengan hadirnya sekolah ini.

“Kami terima kasih pada kak seto, telah di bukanya HSKS bisa jadi akses pendidikan yang tentunya mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari segi pendidikan warga,” tutupnya. (Abie)