Analisis Implementasi Strategi Diplomasi Ekonomi dalam Menghadapi Tantangan Pandemi Global

Abstract

Indonesia’s economic diplomacy involves a series of strategies that cross various ministries and agencies, aiming to optimize economic relations both at home and abroad. From the search for market opportunities to product promotion, partnership facilitation, and dissemination of national interests in regional and multilateral forums, various stages of economic diplomacy are realized through the active participation of the Ministries of Foreign Affairs, Trade, SOEs, Industry, and Finance. The methods used are conceptual and descriptive qualitative methods, utilizing various literature sources related to economic diplomacy, such as books, journals, and online articles. This paper compares the economic diplomacy strategies of the two countries, taking into account the context, policies, and results achieved during critical periods. The discussion highlighted conventional economic diplomacy strategies such as bilateral cooperation and trade management, as well as the role of culture as a diplomatic tool, especially the Korean Wave phenomenon in Indonesia. In addition, the challenges, innovations, and adaptations that both countries have made in response to the changing economic dynamics caused by the pandemic. The aim is to provide valuable insights for policymakers, practitioners, and researchers interested in formulating action plans to respond to similar crises in the future. All economic diplomacy efforts, including networking, image building, and regulatory management, aim to improve domestic regulations, achieve national goals, and build sustainable partnerships with various parties both at national and international levels.

Keywords: diplomacy; South Korea; Korean Wave.

 

Abstrak

Diplomasi ekonomi Indonesia melibatkan serangkaian strategi yang melintasi berbagai kementerian dan lembaga, bertujuan untuk mengoptimalkan hubungan ekonomi baik di dalam maupun di luar negeri. Dari pencarian peluang pasar hingga promosi produk, fasilitasi kemitraan, dan penyebarluasan kepentingan nasional di forum-forum regional dan multilateral, berbagai tahapan diplomasi ekonomi diwujudkan melalui partisipasi aktif dari beberapa Kementerian sepeti Luar Negeri, Perdagangan, BUMN, Perindustrian, dan Keuangan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif konseptual dan deskriptif, memanfaatkan berbagai sumber literatur terkait diplomasi ekonomi, seperti buku, jurnal, dan artikel online. Tulisan ini membandingkan strategi diplomasi ekonomi kedua negara, dengan mempertimbangkan konteks, kebijakan, dan hasil yang dicapai selama periode kritis. Pembahasan yang dibahas menyoroti strategi diplomasi ekonomi konvensional seperti kerja sama bilateral dan manajemen perdagangan, serta peran budaya sebagai alat diplomatik, terutama fenomena Korean Wave di Indonesia. Selain itu, tantangan, inovasi, dan adaptasi yang telah dilakukan kedua negara dalam menanggapi dinamika ekonomi yang berubah yang disebabkan oleh pandemi. Tujuan untuk memberikan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan, praktisi, dan peneliti yang tertarik untuk merumuskan rencana aksi untuk menanggapi krisis serupa di masa depan. Seluruh upaya diplomasi ekonomi tersebut, termasuk tahapan networking, image building atau promosi citra, dan manajemen regulasi, bertujuan untuk membenahi regulasi domestik, mencapai tujuan nasional, serta membangun kemitraan yang berkelanjutan dengan berbagai pihak di tingkat nasional maupun internasional.

Kata Kunci: Diplomasi ; Korea Selatan ; Korean Wave.

 

PENDAHULUAN

Munculnya pandemi atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) menciptakan perubahan situasi multi-sektoral yang merambah ke sejumlah bidang, mencakup kesehatan, sosial, ekonomi, dan aspek kepemimpinan, memberikan dampak mendalam secara global. Menurut informasi yang terhimpun dari World Health Organization (WHO) hingga bulan Agustus 2020, pandemi ini telah memakan nyawa sebanyak 728.013 orang di seluruh penjuru dunia (World Health Organization, 2020).

Melihat dari perspektif ekonomi, proyeksi dampak pandemi Covid-19 sangat signifikan dengan menggambarkan kontraksi perekonomian global mencapai minus 3 persen, seiring dengan penurunan volume perdagangan dunia yang mencapai minus 11 persen pada akhir tahun 2020, sebagaimana diprediksi oleh Dana Moneter Internasional (IMF, 2020). . Perkiraan ini menunjukkan potensi memicu resesi ekonomi global dalam jangka menengah dan panjang, dimulai sejak kuartal 2 tahun 2020. Lebih jauh lagi, IMF dan Bank Dunia mencatat bahwa pandemi ini juga berpotensi meningkatkan jumlah masyarakat miskin di seluruh dunia hingga 50 juta jiwa (World Bank Group, 2020). Kondisi ini menciptakan tantangan serius bagi pembangunan sosial dan kesejahteraan global, yang memerlukan langkah-langkah strategis dan kolaboratif untuk mengatasi dampak jangka panjang yang mungkin ditimbulkan oleh pandemi ini.

Diplomasi ekonomi telah menjadi landasan penting dalam menjaga stabilitas hubungan internasional di tengah arus globalisasi yang semakin kompleks. Dalam dinamika hubungan antarnegara, tantangan-tantangan global seperti pandemi Covid-19 telah menyoroti peran krusial diplomasi ekonomi dalam mengelola dan merespons dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh peristiwa tak terduga. Dalam konteks ini, fokus utama tulisan ini adalah menggali implementasi strategi diplomasi ekonomi yang digunakan oleh Indonesia dan Korea Selatan selama periode kritis tahun 2020 hingga 2021, mempertimbangkan cara kedua negara ini merespons tantangan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi global.

Indonesia, negara dengan Tingkat populasi yang tinggi dan dinamika ekonomi yang kompleks, dihadapkan pada tekanan yang signifikan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonominya. Sebaliknya, Korea Selatan, dengan teknologi maju dan basis ekonomi yang kuat, menghadapi tantangan serupa namun memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengelola dampak ekonomi dari pandemi ini. Analisis mendalam tentang strategi diplomasi ekonomi dari kedua negara ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang mendalam tentang keragaman respons yang dapat diterapkan dalam menghadapi krisis global yang mempengaruhi aspek ekonomi.

Negara Indonesia dan Korea Selatan sejak tahun 1962 telah memiliki ikatan diplomatik. Hubungan kedua negara ini terus berkembang pesat, secara khusus di bidang ekonomi, politik, dan budaya. Dalam hal diplomasi, Korea Selatan menggunakan berbagai strategi untuk meningkatkan hubungannya dengan Indonesia. Salah satu strategi yang paling menonjol adalah menggunakan budaya sebagai alat diplomasi.

Penelitian ini menyoroti strategi diplomasi ekonomi konvensional seperti kerjasama bilateral dan pengelolaan perdagangan. Hal-hal seperti adaptasi kebijakan, inovasi ekonomi, resiliensi sektor ekonomi, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah akan menjadi fokus analisis yang mendalam. Studi ini akan membuka ruang diskusi tentang kompleksitas strategi diplomasi ekonomi dalam menghadapi situasi darurat yang merajalela.

Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Indonesia dan Korea Selatan menangani tantangan ekonomi selama pandemi, diharapkan tulisan ini akan memberikan wawasan yang berharga bagi pembuat kebijakan, praktisi, dan peneliti yang tertarik dalam merumuskan rencana aksi untuk merespons krisis serupa di masa depan. Poin penting yang akan dibahas meliputi keberhasilan strategi, hambatan yang dihadapi, peran inovasi, serta relevansi adaptasi kebijakan terhadap perubahan dinamika ekonomi global.

Analisis mendalam terhadap kedua negara ini juga diharapkan dapat memberikan landasan bagi pemahaman tentang dinamika diplomasi ekonomi di level regional dan global. Dalam konteks hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan, kajian ini akan menguraikan bagaimana kedua negara tersebut saling berkolaborasi dan beradaptasi untuk mengatasi dampak ekonomi dari pandemi global, dengan mempertimbangkan kebijakan-kebijakan yang diterapkan serta hasil konkret yang dicapai.

Diplomasi ekonomi dapat disimpulkan sebagai suatu proses di mana suatu negara berupaya memaksimalkan keuntungan nasionalnya melalui berbagai kegiatan ekonomi, seperti perdagangan dan investasi, baik dalam skala bilateral, regional, maupun multilateral. Proses ini melibatkan aktor-aktor dari berbagai pihak, yang tidak hanya terbatas pada entitas negara, tetapi juga melibatkan kemitraan dengan berbagai pihak non-negara (Rana, 2007). Dalam dimensi bilateral, negara-negara berupaya menjalin kerjasama yang saling menguntungkan, menciptakan iklim perdagangan yang sehat, dan meningkatkan investasi demi kepentingan ekonomi masing-masing. Di tingkat regional, diplomasi ekonomi melibatkan kerjasama antarnegara dalam suatu wilayah geografis tertentu, dengan tujuan memperkuat integrasi ekonomi dan menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan bersama.

Guna mencapai tingkat kemitraan publik-swasta yang merata, negara perlu melalui serangkaian tahap dan menerapkan strategi yang terencana dalam pelaksanaan diplomasi ekonominya. Dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19, Indonesia telah menetapkan sejumlah tahapan dan strategi dalam sektor perdagangan, yang meliputi Economic Salesman Ship, Networking, Image Branding/Promotion, dan Regulation Management. Keempat strategi ini mencerminkan upaya konkrit untuk mengembangkan dan memperkuat hubungan ekonomi dengan berbagai pihak terkait, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Pada tahap Economic Salesman Ship, fokus diberikan pada kemampuan negara dalam mengajak mitra dagang untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi bersama. Melalui Networking, negara berupaya membangun kerjasama jaringan yang luas dan saling menguntungkan dengan berbagai pihak terkait. Strategi Image Branding/Promotion fokus pada peningkatan citra dan promosi daya tarik ekonomi Indonesia, menciptakan kepercayaan dan ketertarikan dari pelaku ekonomi global. Sementara itu, Manajemen Regulasi menekankan pentingnya pengelolaan regulasi ekonomi dengan bijak guna menciptakan lingkungan bisnis yang stabil dan menarik bagi investor.

 

Tabel 1.1 Diplomasi Ekonomi Negara Indonesia di Tengah Pandemi Covid 19

 

  • Economic Salesman Ship

1. Memperkuat peran diplomat Indonesia sebagai sale person dalam mempromosikan Indonesia.

2. Melibatkan instansi lainnya seperti Kementerian perdagangan, Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata, Bank Indonesia dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

3. Ikut aktif di dalam Pameran atau Expo dengan membuka booth khusus Indonesia (virtual pada saat pandemi).

4. Upaya kerjasama multilateral, di antaranya melalui ASEAN dan mitra dialognya, menjadi bagian integral dari strategi diplomasi Indonesia. Selain itu, Indonesia secara aktif mendorong untuk meningkatkan kerjasama regional antara negara-negara di Kawasan Samudera Hindia yang tergabung dalam Indian Ocean Rim Association (IORA). Dalam konteks ini, Dengan melibatkan diri secara proaktif dalam kerjasama multilateral ini, Indonesia berupaya menciptakan iklim kerjasama yang stabil dan berkelanjutan di kawasan strategis ini.

  • Networking

1. Melakukan sebanyak-banyaknya kemitraan baik antar instansi pemerintah maupun dengan pihak swasta, kamar dagang, dan aktor lainnya di dalam negeri maupun di luar negeri.

2. Melakukan ekspansi BUMN ke pasar Afrika.

3. Menggunakan forum-forum multilateral seperti Trade Expo Indonesia 2017, Indonesia Fair 2018, Indonesia-Africa Forum 2018 & 2019, IMF-WBG 2018 dan WEF 2020.

  • Image Branding/Promotion

1. Menyediakan pameran virtual produk Indonesia di internet dengan target pembeli asing potensial melalui situs www.dgnedve.com.

2. Membuat suatu event virtual bertemakan business matching.

3. Memanfaatkan forum kerjasama perdagangan internasional seperti G20.

4. Ikut serta didalam pameran-pameran dagang lainnya yang dilaksanakan secara virtual, salah satunya, Pameran NYNOW 2020.

  • Regulation Management

1. Mengeluarkan larangan sementara impor binatang hidup dari Tiongkok (Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 Tahun 2020).

2. Mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23 Tahun 2020 tentang larangan sementara ekspor antiseptik, bahan baku masker, alat pelindung diri dan masker sebagai tanggapan dari langkanya bahan-bahan tersebut didalam negeri.

3. Mengeluarkan Surat Edaran Nomor 12 Tahun 2020 tentang pengembalian aktivitas perdagangan selama pandemi.

Dalam merumuskan kerangka konseptual, penelitian ini akan mengintegrasikan teori-teori diplomasi ekonomi, analisis strategi dan keterkaitannya dengan negara Korea Selatan. Kerangka konseptual ini akan memberikan landasan untuk menganalisis perbandingan implementasi strategi diplomasi ekonomi kedua negara, dengan memperhatikan konteks, kebijakan, dan hasil yang dicapai selama periode kritis tahun 2020 hingga 2021.

Kajian tentang strategi diplomasi ekonomi Indonesia dan Korea Selatan selama pandemi ini memiliki nilai penting dalam memberikan panduan bagi negara-negara lain dalam menghadapi krisis serupa di masa depan. Diharapkan bahwa wawasan yang dihasilkan dari tulisan ini dapat menjadi landasan yang kuat bagi upaya-upaya merumuskan strategi diplomasi ekonomi yang adaptif, responsif, dan efektif dalam menghadapi tantangan-tantangan global yang tak terduga di dunia yang terus berubah.

 

TINJAUAN PUSTAKA

Diplomasi Ekonomi di Tengah Pandemi

Diplomasi ekonomi telah menjadi elemen krusial dalam hubungan internasional, terutama dalam era globalisasi saat ini. Beberapa penelitian, seperti yang dikemukakan oleh Cooper dan Vucetic (2017), menyoroti peran penting diplomasi ekonomi dalam memfasilitasi perdagangan, investasi, serta kerjasama ekonomi antarnegara. Teori-teori tentang diplomasi ekonomi mencakup analisis tentang pengaruhnya terhadap stabilitas politik dan kemungkinan penyelesaian konflik antarnegara.

Pandemi COVID-19 telah menjadi titik balik penting dalam sejarah kontemporer yang mengguncang fondasi ekonomi global. Penelitian oleh Reinhart dan Rogoff (2020) menyoroti dampak pandemi ini pada pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, dan bagaimana negara-negara merespons tantangan ini melalui kebijakan ekonomi serta diplomasi untuk mengatasi dampaknya. Dalam konteks Indonesia, beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Pitsuwan (2020) dan Soesastro (2021), mempertimbangkan strategi diplomasi ekonomi yang diadopsi oleh Indonesia selama pandemi COVID-19. Fokusnya meliputi kebijakan perdagangan, kerjasama regional, serta langkah-langkah diplomasi ekonomi lainnya yang diambil oleh Indonesia untuk mengelola dampak ekonomi dari pandemi ini.

Di sisi lain, Korea Selatan telah memperlihatkan strategi yang berbeda dalam menghadapi dampak ekonomi dari pandemi. Penelitian oleh Kim dan Lee (2021) menggambarkan bagaimana Korea Selatan menggunakan diplomasi ekonomi dalam merespons tantangan pandemi, termasuk inovasi kebijakan ekonomi, pengelolaan perdagangan, serta upaya diplomasi publik untuk mengatasi krisis yang diakibatkan oleh COVID-19.

Diplomasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai strategi penggunaan instrumen politik dalam perundingan internasional, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan ekonomi nasional dan memanfaatkan alat-alat ekonomi untuk memperkuat stabilitas politik dalam negeri (Okano-Heijmans, 2011). Pentingnya konsep diplomasi ekonomi menjadi perhatian utama dalam studi hubungan internasional, mengingat bahwa, meskipun istilah ini relatif baru, praktik diplomasi ekonomi telah menjadi bagian integral dari hubungan luar negeri negara-negara selama beberapa dekade.

Secara khusus, setelah berakhirnya Perang Dunia II, diplomasi ekonomi menjadi dominan melalui serangkaian negosiasi yang dilakukan oleh agen resmi pemerintah atau negara dalam berinteraksi dengan mitra internasional lainnya (Bayne & Woolcock, 2007). Namun seiring perkembangan zaman, praktik diplomasi ekonomi semakin melibatkan aktor non-pemerintah, seperti perusahaan swasta, organisasi non-pemerintah, dan kelompok masyarakat, menciptakan dinamika yang lebih kompleks dalam arena hubungan internasional. Dalam kerangka ini, kajian mendalam tentang diplomasi ekonomi menjadi semakin relevan, karena menggali pemahaman lebih dalam tentang bagaimana negara-negara menggunakan alat-alat ekonomi untuk mencapai tujuan politik dan ekonomi mereka. Dengan memahami dinamika diplomasi ekonomi, kita dapat lebih baik dalam mengantisipasi dan merespons perubahan dalam tatanan global, serta mengidentifikasi peluang dan tantangan yang muncul dalam hubungan antarnegara di era kontemporer.

 

METODE PENELITIAN

Metode merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan tujuan memahami suatu topik atau objek penelitian dan mencari jawaban secara ilmiah. Penelitian jenis kualitatif merupakan jenis penelitian yang diterapkan untuk menyelidiki dan memahami makna masalah sosial yang muncul pada tingkat kelompok atau individu. Dalam konteks ini, peneliti menggunakan pendekatan konseptual dan menerapkan metode deskriptif kualitatif untuk menganalisis strategi diplomasi ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan pandemi global.

Penelitian ini didukung oleh penggunaan sumber-sumber literatur seperti buku, jurnal, dan referensi terkait untuk memperkuat landasan teori dan konsepsi dalam analisisnya. Pendekatan kualitatif mencakup pemahaman mendalam terhadap konteks strategi diplomasi ekonomi Indonesia, memungkinkan peneliti untuk menggali pandangan dan pengalaman masyarakat terkait dengan hubungan kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan. . Dengan demikian, pendekatan konseptual dan metode deskriptif kualitatif memberikan landasan metodologi yang kuat untuk menggali aspek-aspek kritis dalam konteks diplomasi ekonomi dan mengeksplorasi persepsi serta interaksi masyarakat terhadap dinamika hubungan diplomasi tersebut

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diplomasi Ekonomi

Kementerian Luar Negeri menegaskan bahwa diplomasi ekonomi melibatkan berbagai upaya, termasuk penjajakan peluang pasar dan produk (opportunity seeker), promosi dan pemasaran produk Indonesia (promoting dan marketing), fasilitasi kemitraan (match-making), serta perjuangan untuk mempertahankan kepentingan nasional di forum regional. maupun multilateral (Kementerian Luar Negeri, 2015). Sebagai indikator kinerja, Kementerian Luar Negeri juga menetapkan “Indeks Diplomasi Ekonomi” untuk mengukur pencapaian sasaran strategi dalam diplomasi ekonomi.

Penting untuk dicatat bahwa diplomasi ekonomi tidak hanya menjadi tanggung jawab eksklusif Kementerian Luar Negeri. Sebaliknya, agenda ini menjadi berskala besar yang diinterpretasikan dan diimplementasikan oleh berbagai topik melalui rencana strategi masing-masing. Dalam konteks diplomasi ekonomi, beberapa lembaga negara yang terlibat langsung antara lain Kementerian Luar Negeri, Perdagangan, BUMN, Perindustrian, dan Keuangan. Kolaborasi antarlembaga ini mencerminkan pendekatan terpadu pemerintah dalam menggarap diplomasi ekonomi, menggambarkan betapa pentingnya sinergi di antara berbagai sektor untuk mencapai tujuan bersama dalam menghadapi dinamika ekonomi global.

Mulai dari tahun 2020 dan sebelum munculnya pandemi Covid-19, diplomasi ekonomi tetap menjadi fokus utama dalam kerangka kebijakan luar negeri Indonesia, termasuk dalam prioritas diplomasi “4+1” yang dicanangkan oleh Kementerian Luar Negeri. Prioritas tersebut mencakup penguatan diplomasi ekonomi, diplomasi perlindungan, diplomasi kedaulatan dan kebangsaan, serta peran Indonesia di tingkat regional dan global (Kementerian Luar Negeri, 2020). Tambahan “1” dalam konsep ini Merujuk pada peningkatan diplomasi infrastruktur.

Dalam ruang lingkup yang lebih luas, diplomasi ekonomi juga dipandang sebagai sarana untuk mewujudkan perdamaian dunia melalui upaya konkret dalam memperkuat paradigma kerjasama dan kolaborasi antara Indonesia dan negara-negara lain di dunia. Tujuan utamanya adalah menciptakan paradigma kolektif yang bersifat saling menguntungkan, berkeadilan, dan menghindari pola pikir “zero-sum” yang dapat menciptakan ketegangan. Hal ini sejalan dengan pandangan Delanova (2020). Selama periode ini, diplomasi ekonomi diperkuat melalui pengugasan khusus kepada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, menunjukkan komitmen serius untuk memastikan implementasi strategi dan kebijakan ekonomi di tingkat internasional (Kementerian Luar Negeri, 2020).

 

Korean Wave

Korean Wave atau Hallyu adalah fenomena global yang identi dengan popularitas budaya populer Korea Selatan, seperti musik, film, televisi, dan fashion. Hallyu telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Korea Selatan menyadari potensi Hallyu untuk meningkatkan citra dan pengaruhnya di dunia internasional. Oleh karena itu, pemerintah Korea Selatan secara aktif mempromosikan Hallyu di Indonesia.

Upaya promosi Hallyu oleh pemerintah Korea Selatan di Indonesia dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

• Penayangan film dan drama Korea di televisi dan bioskop Indonesia

• Kunjungan artis dan grup musik Korea ke Indonesia

• Penyelenggaraan festival dan acara budaya Korea

Hallyu telah memberikan dampak positif yang signifikan pada hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Fenomena Hallyu telah berhasil memperkuat daya tarik dan simpati masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan, membawa pengaruh positif yang meluas ke berbagai aspek hubungan bilateral, seperti ekonomi, politik, dan budaya. Gelombang Korea ini pertama kali melanda Indonesia pada awal tahun 2000-an melalui drama produksi Korea Selatan yang mulai ditayangkan di berbagai stasiun televisi Indonesia.

Rangkaian drama tersebut, yang awalnya disiarkan oleh RCTI dan kemudian diikuti oleh stasiun televisi lainnya di Indonesia, berhasil meraih berbagai positif dari berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Kehadiran Korean Wave di Indonesia tidak hanya memikat karena kualitas produksi yang tinggi, tetapi juga karena nilai-nilai budaya Korea yang tercermin dalam cerita dan karakter, yang dinilai mencerminkan kehidupan masyarakat Asia secara umum dan Indonesia secara khusus (Sari, 2014).

Meningkatnya ketertarikan terhadap budaya Korea melalui Hallyu telah menjadi pendorong penting dalam memperkuat jalinan hubungan bilateral, menciptakan peluang baru dalam kerjasama ekonomi, pertukaran politik, dan interaksi budaya antara kedua negara. Seiring dengan popularitas yang terus meningkat, hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan diharapkan akan terus berkembang positif, membawa manfaat saling menguntungkan di berbagai sektor.

 

Economic Salesmanship

Untuk penerapan praktik economic salesmanship, defisini dari ini merujuk pada strategi di suatu negara memanfaatkan perwakilan resmi, seperti duta besar, untuk mempromosikan perdagangan serta mendatangkan investasi langsung dari luar negeri. Di Indonesia, pendekatan economic salesmanship ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo, yang menyoroti peran diplomat Indonesia sebagai agen penjualan untuk memasarkan potensi negara kepada dunia. Lebih dari sekedar keterlibatan Kementerian Luar Negeri, upaya promosi dan diplomasi ekonomi juga melibatkan berbagai instansi pemerintah.

Pentingnya koordinasi antarinstansi tersebut mencerminkan pendekatan yang holistik dalam menjalankan diplomasi ekonomi, menunjukkan bahwa upaya mempromosikan Indonesia sebagai destinasi investasi dan mitra perdagangan yang menarik tidak hanya menjadi tanggung jawab satu entitas pemerintah. Sebaliknya, melibatkan berbagai kementerian dan lembaga membuktikan komitmen serius Indonesia untuk mencapai keberhasilan dalam diplomasi ekonomi melalui sinergi antarsektor. Pendekatan ini juga menunjukkan kesadaran pemerintah akan kompleksitas tantangan dan peluang di pasar global, serta kebutuhan untuk memanfaatkan berbagai sumber daya dan keahlian untuk mencapai keberhasilan yang maksimal.

Guna memajukan citra nasional di mata global, Kedutaan Besar Republik Indonesia di berbagai negara secara aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan promosi, termasuk partisipasi dalam Pameran atau Expo melalui booth khusus Indonesia. Sebagai contoh, KBRI di Mesir menunjukkan keterlibatannya dengan menyelenggarakan Pameran Dagang Indonesia, sebuah inisiatif yang diadakan sebagai bagian dari peringatan 70 tahun hubungan diplomatik RI-Mesir (Michaela, 2017). Selain itu, di Tunisia, KBRI telah mengorganisir berbagai kegiatan seperti pertemuan bisnis dan forum bisnis melalui acara Indonesia Economic Briefing, Investment and Infrastructure sector di Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi pertemuan antara pelaku bisnis di Tunisia dengan Indonesia, menciptakan peluang kerjasama dan investasi (Kementerian Luar Negeri, 2020).

Penggunaan berbagai forum dan kegiatan seperti pameran dagang, pertemuan bisnis, dan forum ekonomi ini menunjukkan komitmen KBRI untuk aktif mempromosikan Indonesia di kancah internasional. Lebih dari sekedar merayakan hubungan diplomatik yang kuat, kegiatan-kegiatan ini menciptakan platform interaktif yang memungkinkan pertukaran ide, membangun jaringan bisnis, dan memperluas peluang kerjasama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara mitra. Strategi semacam ini membuktikan bahwa diplomasi ekonomi tidak hanya dilakukan melalui media tradisional, tetapi juga melibatkan langkah-langkah konkrit yang dapat meningkatkan profil Indonesia sebagai destinasi investasi dan mitra dagang yang menarik.

Dengan merebaknya pandemi COVID-19, perwakilan perdagangan Republik Indonesia, seperti Atase Perdagangan, ITPC di 33 negara, dan KDEI, mengalami kesulitan yang signifikan dalam melaksanakan pameran dan menghimpun para pembeli. Dalam konteks pandemi, inisiatif Kemitraan Ekonomi memfokuskan fokusnya pada kerjasama multilateral, terutama melalui forum ASEAN dan mitra dialognya. Selain itu, Indonesia juga proaktif dalam mendorong kerjasama regional di Kawasan Samudera Hindia melalui keanggotaannya dalam Indian Ocean Rim Association (IORA). Bersama IORA, Indonesia mendukung inisiatif pembangunan vaksin dan antivirus, memastikan ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis yang terjangkau untuk masyarakat luas, serta menyusun bantuan yang sesuai bagi nelayan kecil, petani, dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) (Kementerian Luar Negeri, 2020).

 

Pandemi ini tidak hanya membatasi aktivitas promosi perdagangan, tetapi juga menuntut adaptasi dalam strategi diplomasi ekonomi. Indonesia dengan cermat mengarahkan upayanya pada kerja sama multilateral dan regional, mencari solusi bersama dengan negara-negara di ASEAN, serta memperkuat keterlibatan dalam IORA untuk mengatasi dampak kesehatan dan ekonomi yang disebabkan oleh COVID-19. Pandemi ini, meskipun menjadi tantangan, juga menjadi panggung bagi Indonesia untuk menunjukkan peran proaktifnya dalam kerjasama internasional yang fokus pada kesejahteraan dan pemulihan ekonomi bersama di tengah tantangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 

Networking

Tahapan selanjutnya dalam strategi diplomasi ekonomi adalah fase networking. Pada tahap ini, suatu negara berupaya menjalin kemitraan sebanyak mungkin dengan berbagai entitas, termasuk instansi pemerintah, sektor swasta, kamar dagang, dan pemangku kepentingan lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional. Upaya pengembangan jaringan di Indonesia untuk memperluas cakupan pasar terlihat melalui langkah ekspansi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke pasar Afrika, yang diwakili oleh PT Wijaya Karya (WIKA). Proses ekspansi ini melibatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga seperti Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Selain itu, upaya pembentukan jaringan di dalam negeri juga dilakukan melalui kolaborasi dengan beberapa menteri, termasuk Kementerian Perekonomian, Timnas PEPI (Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi), Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan (Kurniawan, 2014).

Melalui strategi networking ini, Indonesia tidak hanya menjalin kemitraan dengan aktor eksternal di pasar global, tetapi juga memastikan kerja sama yang erat antarlembaga di dalam negeri. Keterlibatan berbagai kementerian dan lembaga pemerintah menciptakan sinergi yang diperlukan untuk merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah strategi dalam diplomasi ekonomi. Sehingga, langkah-langkah ini tidak hanya mendukung ekspansi pasar internasional, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi domestik, menciptakan fondasi yang kokoh bagi kelangsungan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Di tingkat internasional, indonesia juga aktif menjalankan kegiatan networking melalui berbagai forum multilateral. Pada periode pandemi, pendekatan ini mirip dengan Economic Partnership, di mana Indonesia berhasil memikat perhatian beberapa pelaku bisnis internasional, (Kementerian Luar Negeri, 2015). Kementerian Luar Negeri pun merespons situasi dengan menggelar serangkaian webinar sebagai forum alternatif promosi yang biasanya dilakukan secara langsung. Melalui webinar ini, pelaku bisnis Indonesia diundang untuk mengidentifikasi dengan lebih cermat peluang ekspor yang mungkin ada.

Melalui partisipasi aktif dalam forum-forum internasional dan strategi adaptasi terhadap kondisi pandemi, Indonesia terus menjaga ketahanan dan keberlanjutan ekonomi, menunjukkan kesiapannya untuk berkolaborasi dalam skenario global yang dinamis dan penuh tantangan.

 

Image Building / Image Promotion

Biasanya, Image Building / Image Promotion adalah situasi suatu negara mempromosikan sisi positifnya. Saat awal kepemimpinan Jokowi, promosi citra Indonesia dilakukan melalui kunjungan kenegaraan Joko Widodo. Upaya yang dilkaukakn untuk promosi citra Indonesia di luar negeri saat ini dilakukan dengan mengembangkan strategi komunikasi dan branding bangsa secara menyeluruh. Ini diwujudkan melalui partisipasi Indonesia dalam pameran perdagangan internasional seperti Trade Expo Indonesia, di dalam negeri atau sekalipun di luar negeri. Selain kegiatan fisik, Indonesia juga mulai mengadakan pameran virtual produk Indonesia di platform online seperti www.dgnedve.com. Platform ini menjadi sumber informasi lengkap tentang produk-produk Indonesia, menampilkan gambar, harga, dan kontak perusahaan yang ikut serta, dengan pembaruan dua kali setahun (Kemendag, 2020).

Di luar negeri, Negara Indonesia telah membangun Pusat Promosi Perdagangan Indonesia atau disebut dengan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) yang tersebar di 33 negara. Namun, situasi pandemi COVID-19 telah menyebabkan hilangnya banyak kesempatan bagi Indonesia untuk menyelenggarakan pameran dagang atau berpartisipasi dalam acara serupa di luar negeri. Dalam menghadapi tantangan ini, Indonesia menggagas strategi baru dengan menggelar acara virtual bertema business matching, sehingga memungkinkan berlanjutnya promosi secara digital. Pendekatan promosi virtual juga diterapkan melalui partisipasi dalam forum kerjasama perdagangan internasional, seperti G20 (Kemendag, 2020).

Keaktifannya dalam pameran dagang virtual, contohnya adalah keikutsertaannya dalam Pameran NYNOW 2020 yang telah beralih menjadi format virtual sebagai respons terhadap pandemi COVID-19. NYNOW merupakan pameran dagang dan kriya terbesar di Amerika Utara, yang awalnya dirancang untuk menampilkan ribuan pembeli profesional dan peserta pameran dari berbagai negara. Meskipun bertransformasi menjadi acara virtual, pameran ini tetap memberikan kesempatan bagi negara-negara, termasuk Indonesia, untuk pameran keahlian dalam produk kerajinan tangan dan bersaing di panggung global kerajinan tangan (Kementerian Luar Negeri, 2015).

Pergeseran ke platform virtual ini mewakili adaptasi Indonesia terhadap dinamika global yang dipengaruhi oleh pandemi, dengan tujuan menjaga kontinuitas dalam mempromosikan ekspor dan menjalin kemitraan bisnis internasional. Strategi ini juga merupakan wujud komitmen Indonesia untuk terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi guna memperluas akses pasar global, bahkan di tengah tantangan yang dihadapi.

 

Regulation Management

Pada tahap terakhir dalam diplomasi ekonomi yang dikenal sebagai regulasi manajemen, suatu negara pada umumnya membentuk aliansi antara lembaga pemerintah dan sektor swasta untuk merumuskan standar. Negara ini sedang berusaha keras untuk melakukan pembenahan terhadap berbagai regulasi domestik guna mencapai tujuan nasionalnya. Pada akhir tahun 2019, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target penyelesaian 11 perjanjian dagang yang direncanakan untuk diselesaikan pada tahun 2020, Indonesia telah menyelesaikan beberapa perjanjian dagang, termasuk Indonesia-Australia CEPA (Basith, 2020).

Proses pembenahan regulasi ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif, memperbarui kebijakan ekonomi domestik, dan meningkatkan daya saing nasional di pasar global. Dengan keterlibatan sektor swasta dalam proses penyusunan kebijakan, pemerintah Indonesia berupaya memastikan bahwa peraturan yang dihasilkan dapat merespons dinamika pasar secara fleksibel sambil tetap mempertahankan integritas dan kepentingan nasional. Selain itu, dengan mewujudkan sejumlah perjanjian dagang yang strategis, Indonesia berharap dapat membuka peluang yang lebih luas untuk pertumbuhan ekonomi, meningkatkan perdagangan internasional, dan memperkuat posisi sebagai pemain kunci dalam geopolitik ekonomi global.

Melalui regulasi manajemen yang proaktif ini, Pemerintah Indonesia bertujuan untuk memitigasi dampak negatif pandemi pada sektor perdagangan dan industri dalam negeri. Langkah-langkah tersebut mencerminkan komitmen pemerintah untuk melindungi masyarakat dan mendorong kembali kegiatan ekonomi secara bertahap dengan tetap mematuhi standar keamanan dan kesehatan. Selain itu, inisiatif ini juga menciptakan landasan hukum yang jelas untuk menghadapi situasi darurat, menunjukkan kesiapan pemerintah dalam mengambil tindakan yang cepat dan tepat sesuai dengan dinamika yang berkembang selama pandemi.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

Pembahasan diatas bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana negara Indonesia dan Korea Selatan menangani tantangan ekonomi selama pandemi, dan untuk menawarkan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan, praktisi, dan peneliti yang tertarik untuk merumuskan rencana aksi untuk menanggapi krisis serupa di masa depan. menguraikan kerangka teoritis diplomasi ekonomi, analisis strategi, dan perbandingan tanggapan kedua negara, dengan mempertimbangkan konteks, kebijakan, dan hasil yang dicapai selama periode kritis. kerangka teoritis yang mengintegrasikan teori diplomasi ekonomi, analisis strategi, dan relevansinya dengan kasus Korea Selatan. Diplomasi ekonomi konvensional seperti kerja sama bilateral dan manajemen perdagangan, serta strategi penciptaan sekunder seperti menggunakan budaya sebagai alat diplomasi. Melalui pembahasan ini diharapkan dapat menawarkan wawasan berharga bagi pembuat kebijakan, praktisi, dan peneliti yang tertarik untuk merumuskan rencana aksi untuk menanggapi krisis serupa di masa depan. Makalah ini juga berharap dapat berkontribusi pada pemahaman tentang dinamika diplomasi ekonomi di regional dan global level.

Diplomasi ekonomi Indonesia melibatkan berbagai tahapan dan strategi yang melintasi beragam kementerian, lembaga, serta inisiatif untuk mengembangkan hubungan ekonomi baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini mencakup pencarian peluang pasar, promosi produk, fasilitasi kemitraan, serta penyebarluasan kepentingan nasional di forum-forum regional dan multilateral. Pemerintah Indonesia, Hal ini termasuk peningkatan ekspor, peningkatan investasi, serta promosi produk dan jasa Indonesia di pasar internasional.

Korean Wave atau Hallyu telah menjadi fenomena global yang berdampak pada hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan. Popularitas budaya populer Korea Selatan, seperti musik, drama, dan fashion, telah meningkatkan ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan, membawa dampak positif pada hubungan kedua negara di berbagai sektor. Dalam praktik economic salesmanship, Indonesia menggunakan perwakilan resminya di luar negeri, seperti diplomat dan duta besar, untuk mempromosikan perdagangan dan investasi. Hal ini dilakukan dengan melibatkan sektor pemerintah dan swasta serta berbagai instansi terkait lainnya. Networking merupakan tahap di mana Indonesia berupaya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak,, melalui partisipasi dalam forum-forum perdagangan, pameran, serta kolaborasi dengan lembaga dan perusahaan. Upaya image building dan image promotion dilakukan dengan fokus pada promosi perdagangan, investasi, dan pariwisata Indonesia. Langkah ini dilakukan melalui keikutsertaan dalam pameran perdagangan internasional, promosi virtual, dan pembentukan pusat informasi produk. Regulation management menjadi fokus penting dalam diplomasi ekonomi Indonesia, di mana negara berupaya membenahi regulasi domestik untuk mencapai tujuan nasionalnya. Langkah ini melibatkan penyelesaian perjanjian dagang, manajemen regulasi terkait pandemi COVID-19, dan peningkatan kegiatan perdagangan selama masa normal baru.

Keseluruhan, diplomasi ekonomi Indonesia merupakan upaya yang kompleks dan melibatkan berbagai sektor serta strategi dalam rangka mengoptimalkan hubungan ekonomi baik di dalam maupun di luar negeri. Saran untuk bisa memperbaiki dokumen Menyediakan tinjauan literatur yang merangkum studi yang ada tentang diplomasi ekonomi, terutama dalam kaitannya dengan pandemi, dan mengidentifikasi kesenjangan penelitian atau kontribusi dokumen.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Basith. (2020). Ini lima prioritas perjanjian dagang yang dikejar Indonesia tahun 2020. Kontan.co.id. Retrieved from https://nasional.kontan.co.id/news/ini-lima-prioritasperjanjian-dagang-yang-dikejar-indonesia-tahun-2020.

Cooper, A. F., & Vucetic, S. (2017). Diplomacy in a Globalizing World: Theories and Practices. Oxford University Press.

Delanova, M. O. (2020) ‘Analisis Kebijakan Diplomasi Ekonomi Indonesia Terhadap Pasar Non Tradisional’, Jurnal Dinamika Global, 4(02), pp. 382–402. doi: 10.36859/jdg.v4i02.140.

International Monetary Fund (2020) World Economic Outlook (Chapter 1: The Great Lockdown). Available at: https://blogs.imf.org/2019/07/23/sluggish-global-growth-calls-for-supportive-policies/.

Kemendag. (2020). Mendag Jalankan Langkah Strategis Bidang Perdagangan di Masa Pandemi Covid-19.

Kementerian Luar Negeri. (2015). Rencana Strategis Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia 2015-2019. Jakarta. Available at: http://www.kemlu.go.id/AKIP/Rencana Strategis Kemlu 2015-2019.pdf.

Kementerian Luar Negeri. (2020). Lawan COVID-19, Indonesia Dorong Kemitraan di Kawasan Samudera Hindia.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2016). Laporan Kinerja Kementerian Keuangan Tahun 2016, Kementerian Keuangan. Jakarta. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Kurniawan, A. (2014). Diplomasi Ekonomi Indonesia dan Thailand terhadap Pasar Timur Tengah. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 17(3), 254-271.

Kim, J., & Lee, Y. (2021). “South Korea’s Economic Diplomacy and Trade Strategy in Response to the COVID-19 Pandemic.” Asian Economic Papers, 20(3), 145-168.

Michaela. (2017). Promosi Indonesia, KBRI Kairo Gelar Pameran Dagang dan Investasi. Medcom.id dalam https://www.medcom.id/internasional/dunia/0k8j9lWN-promosiindonesia-kbri-kairo-gelar-pameran-dagang-dan-investasi.

Okano-Heijmans, M. (2011). Conceptualizing economic diplomacy: The crossroads of international relations, economics, IPE and diplomatic studies. The Hague journal of diplomacy, 6(1-2), 7-36.

Pitsuwan, S. (2020). “Indonesia’s Economic Diplomacy amid the COVID-19 Pandemic.” Journal of Southeast Asian Economies, 37(2), 123-140.

Rana, K. S. (2007). Economic diplomacy: the experience of developing countries. The New Economic Diplomacy: Decision-Making and Negotiations in International Economic Relations. Aldershot: Ashgate.

Reinhart, C. M., & Rogoff, K. S. (2020). This Time It’s Different: Eight Centuries of Financial Folly. Princeton University Press.

Sari, N. R. S. P. (2014). Pengaruh Hallyu sebagai soft power terhadap peningkatan hubungan kerjasama Indonesia-Korea Selatan (periode tahun 2005-2013). //library.upnvj.ac.id/index.php?p=show_detail&id=11472&keywords=

Soesastro, H. (2021). “Trade Policy and Economic Diplomacy during COVID-19: Indonesian Experience.” Bulletin of Indonesian Economic Studies, 57(3), 365-386.

World Bank Group (2020) Global Economic Prospects, The World Bank. Washington: The World Bank. doi: 10.2307/j.ctt183pb3w.5.

World Health Organization (2020) WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard, World Health Organization: https://covid19.who.int/

 

 

 

 

Oleh : Mila Fitiyani – Mahasiswi STEI SEBI