Direktur DEEP Indonesia: Maraknya Baliho Tak Menunjukkan Kepekaan Elite Politik Dikala Pandemi

baliho
Perang baliho yang menampilkan wajah politikus bertebaran di sejumlah wilayah. (Foto:Istimewa)

DEPOKNETWORK.COM – Maraknya baliho sejumlah elite partai politik yang tersebar berbagai daerah dalam situasi sulit akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dipandang sebagai sebuah perilaku yang tidak elok.

Menurut Direktur Democracy and Eelectoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia, Neni Nurhayati, saat kondisi pandemi memburuk, elite partai malah melakukan hal-hal di luar nalar.

“Pemasangan baliho siapapun yang sangat membuat ruang publik kita menjadi sesak dan sama sekali tidak ada urgensinya. Justru hanya membuat panjang masalah,” ujar Neni Nurhayati.

Neni menambahkan, pemasangan baliho tersebut hanya untuk pencitraan, menaikan popularitas untuk Pemilu 2024. Semarak pemasangan baliho tersebut dinilai hanya akan menjadi sampah visual.

“Faktanya, di beberapa kab/kota baliho Puan dicoret-coret warga. Ini menandakan bahwa di mata warga pemasangan baliho itu tak lain hanya sebatas iklan. Publik memaknai iklan tersebut hanyalah sebatas janji belaka. Para elite politik hanya datang dan memberikan janji dalam menjelang momentum pemilihan serta kepentingan politik,” tambah Neni.

Selain itu, Neni menyebut tak ada kontribusi konkret yang dilakukan elite politik di era pandemi. Sebagai contoh, Puan Maharani tak memberikan kontribusi real untuk pengarusutamaan kepentingan perempuan dan anak di era pandemi.

Masih dikatakannya, menyapa rakyat lewat baliho sama sekali tak memberikan dampak positif apa pun. Bahkan hal tersebut hanyalah strategi komunikasi politik yang kurang efektif.

“Hal itu justru tidak membuka dan memberikan ruang dialog kepada masyarakat melalui komunikasi. Padahal jalan dialog ini sangat baik apalagi mendengarkan keluh kesah rakyat. Bukan melalui benda mati yang memperlihatkan narsisme,” kata dia.

Di tengah hantaman badai wabah virus corona yang membuat ekonomi terpuruk, lanjut Neni, seharusnya elite partai mampu menjadi contoh terbaik bagi masyarakatnya dalam menangkap upaya membangkitkan kembali perekonomian masyarakat.

“Pemimpin seharusnya punya kemampuan mendengarkan yang menjadi keterampilan yang lebih penting dari berbicara dan memasang iklan politik,” pungkasnya. (Andi)