Hadapi Tantangan Baru, Indonesia-Malaysia Perlu Kuatkan Kerja Sama

Hadapi Tantangan Baru, Indonesia-Malaysia Perlu Kuatkan Kerja Sama.

DEPOKNETWORK.COM – Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) menggelar Seminar Internasional Indonesia-Malaysia Outlook dengan tema “The Role of Indonesia and Malaysia for the Peace of Southeast Asia and the World Civilization” sekaligus meluncurkan buku berjudul “Malaysia: Jalan Terjal Menuju Bangsa Demokratis” karya Sudarnoto Abdul Hakim. Acara ini didukung oleh Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) dan diadakan di Aula Ahmad Dahlan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uhamka, pada hari Rabu (24/5/2023).

Acara tersebut dihadiri oleh Assoc. Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, yang juga merupakan Badan Pembina Harian (BPH) Uhamka, Rektor Uhamka Prof. Gunawan Suryoputro, M.Hum., Anisia Kumala, Lc., M.Psi. (Wakil Rektor I), Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd. (Wakil Rektor II), Prof. Nani Solihati, M.Pd. (Wakil Rektor III), dan Dr. Muhammad Dwifajri, M.Si. (Wakil Rektor IV). Selain itu, Ketua PP Muhammadiyah Prof. Syafiq Mughni juga hadir dan memberikan sambutan selamat datang dalam sesi pembukaan. Banyak tokoh dari berbagai kalangan, termasuk diplomat, akademisi, dan mahasiswa dari berbagai latar belakang, juga ikut hadir dan meramaikan seminar ini.

Seminar Internasional ini terdiri dari dua sesi. Sesi pertama menghadirkan narasumber Prof. M. Din Syamsuddin, Prof. Sohirin Solihin, dan Chusnul Mar’iyah Ph.D. Sedangkan pada sesi kedua, hadir Dubes Dr. Nazaruddin Nasution, Sen. Mohd Yusmadi bin Moh Yusoff, Lili Yulyadi Arnakim, Ph.D., dan Assoc. Prof. Dr. Zulkifli Hasan.

Sebelum dimulainya sesi seminar, Rektor UHAMKA Prof. Dr. Gunawan Suryoputro memberikan sambutan, yang kemudian diikuti oleh sambutan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Syafiq Mughni yang menjelaskan pandangan tentang Islam Berkemajuan dan hubungannya dengan perdamaian dunia.

Sudarnoto menjelaskan pandangannya tentang perjalanan yang penuh tantangan yang dihadapi Malaysia dalam peluncuran bukunya. Ia menyatakan bahwa sejak merdeka, Malaysia telah mengambil langkah penting dalam memajukan bangsa Malaysia, menjadikannya negara yang kuat dan adil. Upaya pemerintah dirasakan oleh masyarakat. Namun, seperti negara-negara lainnya, Malaysia juga menghadapi masalah serius seperti korupsi, HAM, penegakan hukum, dan isu perkauman. Pemerintahan di bawah PM DSAI saat ini merupakan momen penting untuk membangkitkan, mem

perkuat, dan memajukan Malaysia. Banyak harapan terkait hal ini, dan penting untuk mencegah terjadinya defisit demokrasi.

Wawasan Islam dan Perdamaian

Din Syamsuddin menyatakan bahwa Indonesia dan Malaysia perlu memiliki strategi self-defense mechanism dalam menghadapi dinamika baru, seperti munculnya Asia dengan bangkitnya China. Negara dan masyarakat harus segera memiliki strategi, bukan hanya diam, untuk menghadapi dan merespons berbagai masalah dan dinamika yang terjadi di tingkat regional dan global. Salah satu poin yang ditekankan adalah bagaimana menjadikan ajaran Islam sebagai wawasan dan ideologi untuk mengembangkan sektor ekonomi, politik, dan budaya. “Ajaran Islam, baik di Indonesia maupun di Malaysia, harus menjadi sumber penting dalam kehidupan dan peradaban. Ajaran Islam harus melandasi dan menjadi sumber penting secara intelektual dan ideologis dalam membangun ekonomi, politik, dan budaya, serta memberikan respons konstruktif terhadap dinamika di kawasan Asia Timur,” ungkapnya pada Rabu (24/5).

Dalam konteks perdamaian, Prof. Din Syamsuddin menyatakan bahwa Indonesia dan Malaysia perlu melakukan kerja sama yang konkret. “Untuk mencapai perdamaian, kita perlu kerja sama yang nyata dan konkret,” ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2010-2015 tersebut pada Rabu (24/5).

Perkuat Kerja Sama Dua Negara

Sementara itu, Prof. Sohirin Solihin menceritakan bahwa pada tahun 1970-1980, ia melihat delegasi dari Malaysia dan Indonesia sangat kuat, namun hal ini tidak sama seperti dahulu. Ia mengatakan bahwa tantangan dalam bidang ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia dan Malaysia adalah kekuatan China yang semakin berkembang.

“Tantangan yang sama dihadapi oleh Indonesia dan Malaysia adalah dalam bidang ekonomi. Kita harus menciptakan inovasi-inovasi penting untuk mengikuti perkembangan digitalisasi seperti yang dilakukan oleh China,” ujar Prof. Sohirin pada Rabu (24/5).

Sementara itu, Chusnul Mar’iyah, Ph.D. menyampaikan harapannya terkait hubungan antara Indonesia dan Malaysia. Menurutnya, hubungan antara dua negara dan bangsa ini harus dibangun dan diperkuat. “Berdasarkan posisi Indonesia dan Malaysia, saya berharap hubungan yang baik dan kuat antara kedua bangsa ini dapat terwujud,” ungkap Chusnul. Ia mencatat bahwa berdasarkan pengalaman sejarah, Indonesia dan Malaysia harus saling belajar satu sama lain. Terdapat banyak masalah yang dihadapi dan dapat diselesaikan bersama tanpa saling campur tangan. Salah satu contohnya adalah industri modern perkotaan yang memiliki dampak negatif seperti penguatan oligarki dan pelanggaran moral dan HAM, misalnya dalam kasus prostitusi. Sebagai negara-negara Muslim, Indonesia dan Malaysia harus mampu menghadapi semua ini dengan baik dan berperan penting dalam menciptakan perdamaian.

Respon Positif dari Peserta

Peserta seminar, termasuk diplomat, akademisi, dan mahasiswa, memberikan respon yang positif terhadap acara ini. Mereka menganggap seminar ini sebagai wadah yang penting untuk berdiskusi dan saling bertukar informasi serta pengalaman. Kehadiran para narasumber dan penulis buku juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran Indonesia dan Malaysia dalam menciptakan perdamaian dan mengatasi tantangan yang dihadapi. Diharapkan kerja sama antara kedua negara semakin diperkuat untuk menghadapi tantangan masa depan.

Seminar internasional ini merupakan salah satu langkah dalam memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan. Dengan saling bekerja sama, kedua negara dapat mencapai tujuan bersama untuk menciptakan perdamaian dan kemajuan di Asia Tenggara serta menjadi kontributor dalam peradaban dunia.