Thomas Cup yang Tak Terlupa, Antara Taufik Hidayat & Chairul Tanjung

PBSI
Taufik Hidayat (tengah) saat mendapatkan medali emas pada Olimpiade Athena tahun 2004. (Foto:Istimewa)

JAKARTA – Indonesia kembali sukses raih Piala Thomas tahun ini. Terakhir kali juara di tahun 2002, ada memori tak terlupakan antara Chairul Tanjung dan Taufik Hidayat.

Indonesia tampil sebagai kampiun di Piala Thomas tahun 2021, setelah sukses mengalahkan China 3-0 di Ceres Arena, Aarhus, Denmark pada Minggu (17/10). Anthony Ginting, Fajar/Rian, dan Jonatan Christie mampu sapu bersih kemenangan.

Indonesia pun akhirnya kembali meraih Piala Thomas, salah satu gelar bergengsi yang sudah ‘hilang’ dari genggaman Indonesia 19 tahun lamanya. Ya, terakhir kali tim Merah Putih juara Piala Thomas adalah di tahun 2002.

Ketika itu, Chairul Tanjung menjabat sebagai Ketum PBSI (periode 2002-2004). Pasukan Indonesia yang tampil di partai puncak kontra Malaysia kala di Guangzhou, China itu adalah Marleve Mainaky, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Taufik Hidayat, Halim Haryanto/Tri Kusharyanto, dan Hendrawan.

Indonesia akhirnya menang 3-2 dan membawa pulang Piala Thomas kali ke-13!

Ada satu cerita drama menarik kala itu, ketika si ‘Golden Boy’ Taufik Hidayat mau pindah kewarganegaraan. Taufik mau pindah ke Singapura!

Hal itu diungkapkan Taufik Hidayat saat menjadi bintang tamu di acara Vincent and Desta yang tayang di channel Youtube Vindes, Senin 6 September 2021.

Chairul Tanjung lah yang pada akhirnya, dikatakan Taufik Hidayat meminta dirinya untuk kembali ke Indonesia.

Dia juga mengatakan bahwa saat itu Chairul Tanjung, tak hanya meminta dirinya saja, tetapi meminta sponsor dan pihak Singapura untuk mengembalikan dirinya ke Indonesia.

“Ada pergantian pengurus lah dan dulu pengurusnya Pak CT, akhirnya dia lah yang minta gua balik ke sini. Terus minta sponsor gua dan pemerintah Singapura untuk balikin gua ke Indonesia,” tuturnya.

Chairul Tanjung yang jadi ketum PBSI saat itu sangat berusaha keras untuk menjaga Taufik Hidayat (salah satunya mengalah dan mengabulkan permintaan Taufik untuk kembali dilatih dengan Mulyo Handoyo,). Bukan apa-apa, Taufik adalah pebulutangkis tunggal putra paling top sedari muda.

Taufik memang sudah punya deretan banyak gelar. Pun kehadirannya di Piala Thomas 2002, menjadi salah satu kekuatan besar Indonesia untuk menyabet trofi tersebut.

PBSI sendiri akhirnya sanggup menyelesaikan masalah antara Taufik dengan Pelatnas. Meski Taufik sendiri, tak mengungkapkan lebih rinci apa masalahnya.

Selanjutnya, Taufik Hidayat mampu terus bersinar untuk Indonesia sampai puncaknya meraih emas di Olimpiade 2004 Athena. Taufik juga mampu meraih titel juara dunia 2005, kampiun Asian Games 2006 dan sederet gelar lainnya semasa Chairul Tanjung menjabat sebagai ketum PBSI.

Keputusan Taufik kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi akan jadi salah satu drama yang dikenang dalam dunia bulutangkis. Langkah besar yang dilakukan Chairul Tanjung dalam menjaga Taufik Hidayat turut serta akan selalu tertulis di buku sejarah.

“Saya persembahkan keberhasilan ini bagi Pak Chairul Tanjung,” begitu ujar Taufik di buku biografi Chairul Tanjung soal dirinya meraih emas Olimpiade. (Andi)